Tanpa kita sadari, setiap saat kita selalu berperang dengan diri sendiri. Terutama keinginan untuk memamerkan sisi liar, alias kebutuhan akan validasi diri di media sosial.
Berkaca pada teori hirarki kebutuhan psikolog Abraham Maslow, tentunya di sana kita akan masuk dalam kategori "Aktualisasi Diri."
Aktualisasi diri bagi Maslow merupakan momen tertinggi dari pencarian manusia.
Pendapat tersebut, semakna dengan sudut pandang filsuf Aristoteles dalam etika Nikomahkhean yakni; tujuan tertinggi dan terakhir dari pencarian manusia adalah kebahagiaan.
Pertanyaan; Apakah kita benar-benar merasa puas, ketika kita sudah mencapai fase Aktualisasi Diri?
Berdasarkan pengalaman saya, justru momen tersebut menjadi bumerang bagi diri sendiri.
Karena keinginan untuk mencari validasi diri dengan update status secara kontinyu, justru menyebabkan rentetan persoalan lainnya.
Secara sadar, ada kalanya saya ingin menutup media sosialku. Namun, sebagai makhluk sosial, saya tidak mungkin hidup sendirian.
Apalagi menjalani kehidupan di era kebisingan ini, tanpa media sosial, sama saja saya kehilangan separuh hidupku.
Mengapa hal tersebut terjadi dalam kehidupanku?