Mohon tunggu...
Frederikus Suni
Frederikus Suni Mohon Tunggu... Mahasiswa - Content Creator Tafenpah

Membaca, Berproses, Menulis, dan Berbagi || Portal Pribadi: www.tafenpah.com www.pahtimor.com www.hitztafenpah.com www.sporttafenpah.com ||| Instagram: @suni_fredy || Youtube : Tafenpah Group

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Kampanye Baliho dan Manfaat bagi Pekerja Advertising

14 Agustus 2021   13:08 Diperbarui: 14 Agustus 2021   13:13 699
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Seorang pekerja advertising sedang memperlihatkan foto politisi kepada rekan kerjanya. Redcomm.co.id

Jutaan pekerja advertising menyambut euforia negeri baliho. Sebaliknya, jutaan pembenci seketika berspekulasi dari sisi mana pun demi menyalahkan politisi. Inilah uniknya kebergaman paradigma masyarakat.

Berpikir dalam keadaan serba sulit adalah impian setiap orang. Determinasi pikiran mengarah pada pro dan kontra.

Kelompok pro berarti pendukung politisi untuk memasang baliho. Sementara, kelompok kontra menolak pemasangan baliho.

Sebagai rakyat biasa, saya mengambil jalan Non-Blok sesuai dengan semangat Bung Karno dalam mengkampanyekan politik luar negeri yang bebas dan aktif.

Dalam konteks Baliho, saya melihat dan merasakan itu tidak ada kesalahan. Penilain ini secara subjektif. Entah, tanggapan pembaca dan rekan  berbeda, itu pun tidak masalah. Karena fungsi ruang publik adalah bertujuan untuk kepentingan setiap orang.

Baliho Sebagai Medium Eksistensi

Baliho milik Puan Maharani. Antaranews.
Baliho milik Puan Maharani. Antaranews.

Jati diri pemasangan baliho tidak lain adalah untuk memberitakan kepada khalayak bahwasannya pesta demokrasi tahun 2024 sudah semakin mendekat.

Untuk itu, wajah-wajah politisi mulai menghiasi ruang publik bersama.  Tak lupa juga, budaya sikut-menyikut pun mulai tumbuh bak jamur di musim hujan.

Realitas ini mengacu pada seni berpolitik yakni; tidak memberitahukan kebenaran kepada publik.

Sejarah penipuan ini sudah ada sejak kelompok Sofis Yunani Kuno saat berhadapan dengan Sokrates.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun