Mohon tunggu...
Frederikus Suni
Frederikus Suni Mohon Tunggu... Mahasiswa - Content Creator Tafenpah

Membaca, Berproses, Menulis, dan Berbagi || Portal Pribadi: www.tafenpah.com www.pahtimor.com www.hitztafenpah.com www.sporttafenpah.com ||| Instagram: @suni_fredy || Youtube : Tafenpah Group

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Beta Rasa, Bosong Ju Rasa

1 Juni 2021   10:10 Diperbarui: 1 Juni 2021   10:49 198
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Beta rasa, bosong ju rasa. Dokpri

Nilai-nilai luhur Pancasila akan benar-benar hidup dan menyinari setiap orang, jika ada rasa memiliki.


Memiliki berarti menerima kelebihan dan kekurangan dalam kehidupan bersama. "Beta Rasa, Bosong Ju Rasa adalah dialek kota Kupang yang bernuansa empati.


Beta Rasa, Bosong Ju Rasa bila diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia yang baku adalah apa yang saya rasakan sama seperti yang kamu rasakan.


Pancasila adalah kumpulan rasa dari setiap kearifan lokal nusantara. Kumpulan-kumpulan kearifan lokal ini disatukan dalam satu semangat para pendiri bangsa dan puncaknya pada tanggal 1 Juni 1945.


Ketika kita melihat kembali perjalanan berdirinya Pancasila, di sana kita akan menemukan mutiara-mutiara dari kearifan lokal nusantara. Anehnya dari sekian ribu kearifan lokal bisa disatukan dalam semangat Bhineka Tunggal Ika.


Faktor apa saja yang berpengaruh dalam penyatuan rasa nusantara?


Zaman itu kita masih berhadapan dengan pendudukan Jepang di negeri kita. Propaganda melalui jalur komunikasi memicu perang saudara antar sesama suku bangsa di tanah air.


Kita beruntung memiliki pemimpin-pemimpin visioner zaman itu. Sebut saja Ir. Soekarno, Moh. Hatta dkk yang selalu berusaha untuk menghindari perpecahan saudara sebangsa dan setanah air dengan jalan musyawarah.


Tujuan dari musyawarah zaman itu adalah menggalang dukungan dengan jalan merangkul perbedaan apa pun demi mengusir penjajah.


Mengapa founder fathers kita merangkul semua orang?


Karena untuk menghadapai penjajah, kita tak mungkin berjalan dengan kaki sebelah. Melainkan kedua kaki harus sama-sama melangkah. Artinya, jika sebagian rakyat yang tidak mendukung pemimpin kita, mustahil kita akan terlepas dari genggaman tangan besi mereka.


Berawal dari beta rasa, bosong ju rasa semua orang dibakar emosionalnya oleh Bung Karno pada tanggal 1 Juni 1945 dalam pidatonya.


Akan tetapi, sebagai insan yang lemah, tentu setelah kemerdekaan pun kita sulit untuk menyatukan rasa. Hingga kita kita masih hidup dalam kaca mata kepercayaan.


Jika orang yang berbeda dari apa yang saya anut, dialah musuhku. Inilah pemikiran destruktif bangsa yang seharusnya dimusnahkan dari NKRI. Karena orang yang bertipe semacam ini, tidak layak untuk hidup di bumi nusantara yang toleran.


Anehnya aktor-aktor pemikiran destruktif bangsa adalah mereka yang mendagu kaum intelektual. Intelektual kok pemikirannya seperti orang yang tidak pernah diajarkan sisi humanisme.


Hari ini kita jadikan sebagai momentum untuk kembali masuk dan bertanya lebih dalam tentang kehidupan kita dengan budaya lain. Apa yang sudah saya lakukan dengan sesamaku yang berbeda dariku? Mengapa saya bisa melakukan hal itu? Untuk apa saya menjalani kehidupan? Siapa saja yang pernah memaksa saya untuk bertindak destruktif terhadap saudaraku yang berbeda kebudayaan? Bagaimana perasaanku, ketika melihat orang yang berbeda dariku dipersulit dalam bidang administrasi?


Inilah makna kearifan lokal "beta rasa, bosong ju rasa" dari kearifan lokal Nusa Tenggara Timur.
Salam Bhineka Tunggal Ika

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun