Mohon tunggu...
Frederikus Suni
Frederikus Suni Mohon Tunggu... Mahasiswa - Content Creator Tafenpah

Membaca, Berproses, Menulis, dan Berbagi || Portal Pribadi: www.tafenpah.com www.pahtimor.com www.hitztafenpah.com www.sporttafenpah.com ||| Instagram: @suni_fredy || Youtube : Tafenpah Group

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Tiada Manusia yang Sempurna

13 Mei 2021   19:20 Diperbarui: 13 Mei 2021   19:25 789
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tiada manusia yang sempurna. Bdk.Jojgaprov.go.id

Setiap orang punya balutan kisah hidupnya. Memaafkan dan dimaafkan adalah kegiatan timbal balik antar pemberi dan penerima.


Izinkan saya mengutip Ungkapan Miss Merry Riana di grup WA hari ini.
"Jika Idul Fitri adalah lentera, izinkan membuka tabirnya dengan maaf. Agar cahayanya menembus jiwa Suci dari kesalahan dan dosa." Merry Riana Grup.


Apapun latar belakang hidup kita, tentu kita memiliki masa lalu. Menerima dan memaafkan adalah salah satu jalan untuk menuju kesucian hati.


Memaafkan bukan sekadar ungkapan hanya sebatas bibir saja, melainkan ungkapan yang bersumber dari pertimbangan dan penyesalan yang amat mendalam atas segala tindak---tanduk kita kepada sesama.


Jika orang lain ingin memberi maaf kepada kita, kita pun terlebih dahulu harus memberi maaf kepada diri sendiri. Tujuannya adalah apa yang kita ungkapan menjadi semangat dan kekuatan bagi orang yang kita beri maaf.


Sebaliknya kita pun diharapkan untuk memberi maaf kepada sesama. Kerjasama ini sangat sederhana. Akan tetapi, bila kita menjalaninya dengan totalitas, niscaya kita pun mendapat kepuasan batin dan kelegaan untuk kembali menjalani hari-hari terpanjang dalam pengembaraan hidup kita.


Kita semua adalah jiwa petualangan. Ketika kita keluar dari diri kita untuk bersosialisasi dengan orang lain, di situlah arti pengembaraan kita. Pengembaraan bukan berkaitan hanya dengan mereka yang suka bepergiaan menjelajahi keperawanan alam semesta, dan mencari kenikmatan batin di sana. Melain setiap hari kita sudah melakukan perjalanan spiritual bersama orang-orang tercinta kita.


Ada kalanya kita menuntut orang lain untuk memberi maaf kepada kita. Namun, kita pun sulit untuk memberi maaf kepada orang lain. Bagaimana orang lain memberi kita maaf, bila hati kita sekeras batu karang di  lautan lepas?


Kita ingin dimengerti. Sementara kita belum tentu mengerti orang lain. Andaikan kita menemukan orang yang berkarakter seperti ini, segala sesuatu akan menjadi sulit dilaksanakan. Tersebab tiada umpan balik (hukum semesta) memberi dan menerima.


Ungkapan filosofi klasik kita mengatakan bahwasaanya apa yang kita beri itulah yang kita panen. Jika kita memberi madu, kita pun akan memanen madu. Sebaliknya, jika kita memberi empedu, kita pun akan memanen empu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun