Benturan kebutuhan dan keinginan menyebabkan hati yang kian gunda gulana untuk mengoal-kan taman bacaan yang sudah saya rencakan setahun yang lalu. Antara rasa pesimis dan optimis terkadang mengaburkan angan saya.
Angan yang sudah lama terpatri dalam semangat 45, semakin terkikis oleh rasa insecure akan keberhasilan rekan SMA. Terkadang pula saya mensyukuri pencapaian saya di dunia kepenulisan. Karena background orangtua yang hanya tamatan SD, tapi anak-anaknya bisa menulis. Itulah hal yang saya syukuri saat ini.
Selain itu, saya bersyukur karena di usia kepala dua, saya sudah mmenemukan minat dan bakat saya yang perlahan tapi pasti akan mengarahkan pada tujuan hidup saya.
Tujuan hidup saya tak lain adalah punya taman bacaan di kampung halaman tercinta. Karena kampung halaman saya banyak orang hebat, tapi egois. Mereka ingin menang sendiri dan sulit untuk diberi solusi.
Karena sekarang saya masih mencari modal dan pengalaman di tanah rantau. Harapannya dari ilmu yang saya dapatkan bisa diaplikasin bersama wajah-wajah generasi perbatasan yang selalu haus akan ilmu pengetahuan.
Inilah versi keberhasilan dan target hidup yang ingin saya gapai di usia 30-an tahun. Dan terakhir saya bisa menemukan tambatan hati. Karena sudah bosan dihina terus oleh Bung Ozzy. hihihih