Moskow, Ketegangan kembali terjadi di Ukraina Timur, antara Ukraina dan Separatis atau kelompok yamg ingin memisahkan diri dari Ukraina. Kelompok ini didukung oleh Rusia.
Benturan sporadis atau keadaan yang tidak seimbang antara pasukan Ukraina dan kelompok separatis, pihak NATO memberikan bantuan pasukan kepada pemerintah Ukraina untuk mengamankan negaranya.
Bantuan pasukan dari NATO berbenturan dengan Rusia yang memiliki kepentingan di Ukraina juga. Terutama di Kreima. Semenanjung Laut Hitam yang dianeksasi atau memasukan wilayah itu ke bagian kedaulatan Rusia pada Maret 2014.
Antara Rusia dan NATO memiliki kepentingan di Ukraina. Di mana Ukraina pernah menjadi konco atau teman terbaik dari Rusia dan Belarusia yang merupakan tiga pelopor berdirinya Uni Soviet. Tapi, sejak tanggal 8 Desember 1991, ketiga konco ini menandatangi perjanjian yang mengatur Persemakmuran Negara-negara Merdeka, atau bahasa kemingrisan  Commonwealth of Independent States/CIS.
Sementara NATO (North Atlantic Treaty Organization) atau keamanan di Kawasan Atlantik Utara yang meliputi negara-negara Eropa, Amerika Serika dan Kanada.
Meruncingnya kepentingan antara Rusia dan NATO, mungkin disebabkan oleh tendensi kedua negara adikuasa, yakni Amerika dan Rusia.
Kedua negara adikuasa ini tidak mau mengintimidasi antar satu dengan lainnya, terutama di Kawasan Atlantik. Ego kedigdayaan keduanya masih terlihat, pasca kekalahan Rusia di zaman perang yang harus membayar dispensasi mahal kepada Amerika.
Dari titik inilah, hingga kini kedua negara selalu berbenturan dalam segala bidang kehidupan. Termasuk di Ukraina.
Pasokan Militer dari NATO ke Ukraina ditentang keras oleh Rusia. Sebagai bentuk peringatan, tank-tank Rusia bermanuver di Kremia.
Gelombang pasukan Rusia yang berlipat ganda di kawasan perbatasan Ukraina memberikan kekhawatiran bagi Amerika dan NATO.
Seorang pejabat NATO mengatakan kepada Kantor Berita Reuters bahwa Rusia sedang merusak upaya untuk mengurangi ketegangan di Timur Ukraina.
