Mohon tunggu...
Frederikus Suni
Frederikus Suni Mohon Tunggu... Mahasiswa - Content Creator Tafenpah

Membaca, Berproses, Menulis, dan Berbagi || Portal Pribadi: www.tafenpah.com www.pahtimor.com www.hitztafenpah.com www.sporttafenpah.com ||| Instagram: @suni_fredy || Youtube : Tafenpah Group

Selanjutnya

Tutup

Love Pilihan

Asmara Tumbuh di Tempat Kerja

24 Maret 2021   17:53 Diperbarui: 24 Maret 2021   18:13 373
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Image by klimkin from Pixabay

Sebagian besar karyawan di tempat kerja, pasti pernah jatuh cinta dengan rekan kerjanya. Ataupun rasa kekaguman terhadap seseorang pasti ada, dan itu merupakan urusan privat dari setiap orang.  Karena daya ketertarikan itu dirangsang oleh pertemuan yang intens setiap hari.

Ilustrasi gambar oleh Puput.
Ilustrasi gambar oleh Puput.

Ketertarikan awal untuk memadu asmara di tempat kerja antar rekan dimulai dari perhatian, sapaan, makan bareng, canda tawa dan berbagi pengalaman.

Ketersediaan ruang curhat antar rekan kerja, perlahan tapi pasti memicu adrenalin untuk memiliki. Karena rasa kenyamanan yang tidak didapatkan bersama pasangannya di rumah. Sementara yang masih bujang adalah merasa dirinya nyaman dan diperhatikan oleh rekannya.

Bayangkan saja, sebagian besar waktu karyawan itu dihabiskan di tempat kerja, jalan dan sebagian terkecil untuk keluarga. Kondisi ini memicu bara asmara di dalam diri mereka yang mengalaminya di tempat kerja. Lalu, cinta pun bersemi.

Penulis pun pernah mengalami jatuh cinta di tempat kerja. Tapi, kisah cinta yang pada akhirnya tidak bisa dilanjutkan. Karena masalah kepercayaan. Kita boleh saling mencintai, tapi ada hal-hal di luar batas kemampuan kita yang sudah pakem tidak bisa diganggu. Antara penulis dan Puput gadis manis berlesung pipi penghuni kota Bogor, akhirnya memutuskan untuk menjadi sahabat. Sahabat yang selalu berbagi cerita, motivasi dalam mendukung karir masing-masing.

Jatuh cinta itu adalah hal manusiawi. Setiap orang hidup dari kolaborasi cinta murni antara ayah dan ibu, melalui pernikahan yang sah. Bagaimana penulis dan Puput melanjutkan hubungan, bila kepercayaan kami berbeda? Tentu kami tidak pernah memilih untuk hidup dari budaya, ras, agama mana pun. Cinta itu hadir dengan sendirinya, tanpa ada yang mengundang. 

Tapi, manusia sendiri yang menciptakan jurang pemisah melalui kepercayaan masing-masing. Inilah realita yang terjadi dalam kehidupan percintaan kawula muda dan siapapun yang pernah mengalami cinta beda agama. Rasanya sakit, tapi bagaimanapun kita harus menerimanya sebagai konsekuensi dari jatuh cinta.

Kisah asmara memang memiliki porsi yang besar dalam pemberitaan Media-Media dewasa ini. Di mana kita bisa menyaksikan kisah percintaan setiap membuka portal Media Online. Dari sisi persuasif dunia iklan, memang berita-berita yang berkaitan dengan kisah sensasional menarik dan menggenjot trafik pengunjung dari Media tertentu. Dari situ, pundi-pundi uang pun mengalir deras bagi pengelolah Media.

Kita pun tidak bisa menyalahkan Media. Karena memang manusia lebih mencintai sesuatu yang sensasional dalam ruang publik. Ketimbang hal-hal yang terasa berat dan sulit untuk digapai. 

Kisah percintaan yang diberitakan oleh Media Massa bertujuan untuk sebagai sarana pembelajaran bagi siapapun. Terlepas dari motif apapun. Yang terpenting, melalui kisah percintaan sesama, kita bisa belajar untuk lebih hati-hati dalam menjaga perasaan dan terutama menjaga keharmonisan dalam membangun relasi dengan pasangan.

Mencinta belum tentu memiliki. Sebaliknya, memiliki, tapi belum tentu mencintai.

Tulisan ini penulis persembahkan untuk gadis manis yang telah meninggalkan jejak rindu dalam diri penulis. Teruntuk Puput yang saat ini berada di kota kelahirannya yakni kota Bogor.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Love Selengkapnya
Lihat Love Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun