Mohon tunggu...
Frederikus Suni
Frederikus Suni Mohon Tunggu... Mahasiswa - Content Creator Tafenpah

Membaca, Berproses, Menulis, dan Berbagi || Portal Pribadi: www.tafenpah.com www.pahtimor.com www.hitztafenpah.com www.sporttafenpah.com ||| Instagram: @suni_fredy || Youtube : Tafenpah Group

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Menulis Itu Bagian dari Perjalanan

23 Maret 2021   07:26 Diperbarui: 23 Maret 2021   07:52 455
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Menepi untuk mencari inspirasi menulis. Dokpri

"Menulis bukan tarian improvisasi, melainkan perjalanan yang direncanakan dengan baik." Erlin Natawiria, penulis buku " Athena: Eureka."

Erlin Natawiria adalah mentor saya sejak enam bulan lalu, saat saya menjadi siswa dalam kursus "Panduan Praktis Menulis Fiksi."

Baca juga "Jadilah Penulis Yang Bebas Berekspresi, Tanpa Dihipnotis Oleh Penulis Lain."

Menulis itu adalah bagian dari perjalanan yang direncanakan dengan baik. Setiap penulis punya jalan tersendiri dalam mengimprovisasikan setiap nada aksara dalam menghasilkan cita rasa universal.

Komposisi irama aksara hanya bisa dimengerti oleh setiap penulis. Nikmatilah jalan itu, dan jadikan sebagai benteng untuk membangun citra diri.

Citra diri atau dalam dunia kerja disebut "Personal Branding." Membangun citra diri dalam dunia kepenulisan tidak didapatkan dalam semalam suntuk. Melainkan perjalanan yang melibatkan  kontradiksi emosi, fisik, finansial, pengorbanan waktu dan komitmen yang kuat dalam diri setiap penulis.

Terkadang seorang penulis ingin berhenti di tengah jalan, akibat ketiadaan motivasi. Tetapi, kendaraan yang sudah dipoles dengan aneka majas dan furniture dalam dunia interior rumah, tak akan memberikan nuansa romantika bagi mereka yang memandangnya.

Tatkala menemui pikiran buntu atau istilah keren para penulis TOP adalah "Writer Block." Bila saya berbicara "Writer Block" dengan orangtua saya di kampung halaman, mereka akan melayangkan parang di batang leher, karena mereka tak mengerti bahasa langit. Makanya, saya memilih diksi yang sederhana. Alasannya agar mereka mudah mengerti dan percaya dengan apa yang saya ucapkan.

Setiap penulis pasti mengalami kebuntuan untuk mengeksekusi ide yang sudah terlintas dan meliuk-liuk di benak pikiran. Mustahil, bila penulis tak pernah mengalami hal demikian.

Ketika saya mengalami kebuntuan menulis, saya memilih untuk menepi. Atau istilah Pak Tjip adalah berkontemplasi.
Apa itu kontemplasi? Kontempalsi adalah sarana mengasingkan diri dari tengah keramaian untuk menimba inspirasi. Antara kontemplasi dan meditasi memiliki satu-kesatuan makna. Seirama teori gestalt yang selalu memiliki kesinambungan antara penyebab, akibat dan solusi dari setiap persoalan hidup.

Kontemplasi mengarah pada keseimbangan hidup. Lebih tepatnya kita memasuki ranah spiritualitas. Sekadar tambahan informasi.

Memang inspirasi menulis itu datang dari arah mana saja. Tergantung dari kepekaan setiap penulis. Cara saya untuk menimba inspirasi menulis adalah selain berkontemplasi, berwisata dan menikmati sesuatu yang indah di alam terbuka.

Panorama alam terbuka memberikan secercah atau secuil inspirasi untuk kembali menganggit diksi-diksi kerinduan dalam nadi aksara. Inilah perjalanan saya dalam mengulik aksara.

Karena menulis adalah bagian dari perjalanan yang sudah direncanakan dengan baik. Serupa atau senada dengan tangga nada setiap penulis dalam mencari inspirasi. Komposisi nada aksara menghasilkan paduan suara yang terdengar melankolis. Begitu pun komposisi diksi-diksi keabadian dalam tulisan ini akan tersimpan rapi dan menjadi kenangan terindah, tatkala penulis sudah berada di liang lahat.

Mari menulis, selagi kita masih bisa berpikir jernih. Karena sejarah hanya mengingat mereka yang pernah meninggalkan sesuatu yang bermanfaat dan berdampak positif bagi orang lain.

"Gantungkan cita-citamu setinggi langit! Bermimpilah setinggi langit. Jika engkau jatuh, engkau akan jatuh di antara bintang-bintang." Ir Soekarno.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun