Literasi 'intercultural' atau pendidikan antar budaya merupakan jantung menuju ilmu pengetahuan. Mengetahui budaya sesama, memudahkan kita untuk menambah pundi-pundi rekening aksara
Mesin ATM aksara akan bertambah, seiring birahi atau nafsu untuk mengenal romantika budaya lain. Deretan saldo aksara dirajut dalam bingkai keunikan. Unik berarti ada 'value' atau nilai, dibalik literasi 'intercultural.' Â Nilai atau 'value' dari pendidikan antar budaya adalah menghindari krisis identitas.
Krisis identitas memicu diskriminasi, propaganda, ujaran kebencian, di tengah budaya lain. Memang, sajian menu literasi antar budaya selalu hambar bagi generasi milenial. Toh, belajar budaya sendiri saja, ngak ada minat. Apalagi, belajar budaya sesama. Mendingan belajar bisnis, teknologi, dan ilmu-ilmu yang relevan di dunia kerja.
Memang di dunia kerja, ente ngak bertemu dengan sesama yang berbeda budaya? Lalu bisnis dan teknologi tak ada nuansa budaya lain? Saya sarankan anda untuk skip membaca artikel receh, ya!
Okelah, terima kasih untuk kamu yang masih stay di artikel ini.
Penting ngak literasi 'intercultural' bagi generasi milenial? Jawaban dari pertanyaan ini tergantung bagi anda yang mau berkembang, atau tetap terjebak dengan pola pikir lama di kampung halaman.
Bagi saya, literasi 'intercultural' sangat penting bagi siapa pun, terutama generasi milenial. Mengingat, generasi milenial adalah pemilik usia produktif di dunia kerja.
Dunia kerja yang berkaitan dengan enterpreneur harus memiliki saldo aksara budaya yang melebihi kapasitas di atas rata-rata. Karena seorang enterpreneur adalah role model, panutan bagi banyak orang. Bagaimana seorang pemimpin tak memiliki pengetahuan mumpuni tentang budaya orang lain? Lalu, solusi apa yang ditawarkan kepada bawahan yang notabene berbeda karakter, budaya dan pemikiran?Â
Nah, berikut adalah manfaat dari literasi 'Intercultural' bagi generasi Milenial;
Menambah Saldo Aksara Budaya
Mesin ATM aksara budaya menjadi jembatan untuk memahami budaya orang lain. Orang lain akan merasa senang dan bahagia, bila kita belajar budaya mereka. Selain itu, pengetahuan mumpuni tentang budaya orang lain, mempermudah kita untuk membangun komunikasi. Komunikasi yang baik akan melahirkan rasa memiliki sebagai rekan, partner di dunia kerja. Maka terciptalah budaya menghargai.
Memperluas Relasi
Sepandai apapun kita, tak ada arti bila kita tak menghargai budaya sesama. Menghargai dan memahami budaya lain, memperluas konektivitas kita dalam membangun tim yang solid dalam mencapai tujuan bersama. Ketika tujuan tercapai, kesejahteraan pun menemani keseharian kita.
Menghindari Konflik
Konflik antar budaya kerap kali kita dengar dalam pemberitaan Media. Pemicu konflik antar budaya adalah tiadanya pemahaman karakter sesama. Misalnya, generasi Milenial A berasal dari budaya Timur yang nada bicaranya terdengar keras. Lalu, generasi B berasal dari budaya Barat yang terdengar halus.
Bila generasi B tak memiliki pengetahuan yang mumpuni tentang karakter generasi A, maka generasi B akan mengambil kesimpulan bahwa, generasi A jahat, dll. Sebaliknnya, generasi A juga sama menilai generasi B, bila tak ada literasi 'interculturan.'
So, literasi 'Intercultural' adalah jalan untuk memerdekakan diri dari prasangka budaya.
Mudah-mudahan selepas ini, literasi 'Intercultural' masif dikampanyekan di setiap lorong-lorong kehidupan generasi Milenial.