Mohon tunggu...
Frederikus Suni
Frederikus Suni Mohon Tunggu... Mahasiswa - Driver LalaMove | Content Creator | Tafenpah Group

Membaca, Berproses, Menulis, dan Berbagi || Portal Pribadi: www.tafenpah.com www.pahtimor.com www.hitztafenpah.com www.sporttafenpah.com ||| Instagram: @suni_fredy || Youtube : Tafenpah Group

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kampanye Membaca Melalui Industri Perfilman

11 Desember 2020   23:50 Diperbarui: 12 Desember 2020   00:04 333
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi membaca buku di ruang publik; Pixabay;

Saya termasuk pencinta film Action Hollywood. Alasan ketertarikan saya terhadap dunia industri perfilman action Hollywood adalah kemampuan budaya persuasifnya dalam diri setiap pemerannya. Setiap pemeran, entah antagonis, protagonis dan pemeran pendukung lainnya selalu menyempatkan diri untuk membaca buku. Saya biasanya melihat,menyaksikan salah satu tokoh antagonis, protagonis dan pemeran pendukung membaca buku, dikala perjalanan ke tempat kerja, kedai kopi, ruang publik ( halte, Pinggir Danau, Kolam, Pantai dll).

Saya tidak tahu, apakah budaya membaca buku adalah bagian dari skenario sang sudradara atau memang sudah menjadi kebiasaan budaya Barat. Secara eksplisit atau tersirat saya menemukan adanya kerja sama antara pemilik industri perfilman dan pemerintah dalam mengedukasi, mengajak generasi negaranya untuk membiasakan diri dalam membaca buku.

Lalu, bagaimana dengan industri perfilman tanah air kita? Sejauh yang saya tonton, amati, kebanyakan film, sinetron pemeran protagonis, antagonis dan pemeran pendukung lainnya, hanya menampilkan budaya patriarki, hedonisme dan konsumerisme. Gaya hidup bak seorang raja dan ratu dalam lingkaran kemewahan, sama sekali tak mengedukasi generasi bangsa. Justru, generasi muda bangsa Indonesia semakin kehilangan kompas hidupnya. Karena para publik figur dalam dunia entertaiment hanya menampilkan gaya hidup patriarki, hedonis dan konsumerisme.

Saya jarang menemukan publik figur dalam dunia perfilman yang membaca buku di salah satu episodenya. Malah yang saya lihat adalah publik figur hanya sibuk memamerkan Iphone, mobil, motor dan pakaian  mewahnya. Lalu, apa manfaat edukasinya bagi generasi muda bangsa yang menjadi penonton setianya.

Kesimpulannya, sejauh ini visi pemerintah untuk mengkampanyekan budaya membaca belum masuk ke semua aspek kehidupan. Padahal, kampanye budaya membaca akan lebih diterima oleh masyarakat, khususnya generasi muda bangsa hanya bisa melalui industri perfilman. Karena industri perfilman mudah dan praktis menjangkau semua lapisan masyarakat.

Harapan kita semua adalah, pemerintah dan pemilik industri film semakin terbuka dalam mengkampanyekan budaya membaca dalam setiap episodenya. Seperti budaya membaca dalam industri film hollywood., demi kemajuan bangsa Indonesia.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun