Mohon tunggu...
Frederikus Suni
Frederikus Suni Mohon Tunggu... Mahasiswa - Content Creator Tafenpah

Membaca, Berproses, Menulis, dan Berbagi || Portal Pribadi: www.tafenpah.com www.pahtimor.com www.hitztafenpah.com www.sporttafenpah.com ||| Instagram: @suni_fredy || Youtube : Tafenpah Group

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Jangan Tanya Negara

12 Oktober 2020   06:28 Diperbarui: 12 Oktober 2020   07:05 503
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Jangan tanya apa yang bisa dilakukan negara untukmu, tetapi tanyalah apa yang bisa kau lakukan untuk negara." (John F. Kennedy). 

Saya terhipnotis dengan kata-kata dari Presiden Amerika Serikat yang ke-35 ini. Saya melihat, mengamati, mendengar, merasakan konspirasi semesta yang dipantulkan ke permukaan bumi pertiwi. 

Di mana konspirasi itu berkaitan erat dengan ucapan-ucapan setiap orang melalui media sosial. Kehadiran media sosial memang menjauhkan orang yang dekat. 

Sementara orang yang jauh semakin dekat. Fenomelogis/keadaan ini semakin mencekam batang leher setiap orang tua, bila sedang berkumpul bersama keluarga tercinta. 

Keluarga adalah harta yang paling berharga. Bila ditelusuri lebih jauh lagi, di sana kita akan menemukan kompas/pedoman untuk menjalani kehidupan bersama orang lain. 

Salah satu pedoman untuk menjalin komunikasi dengan orang lain adalah melalui bahasa. Bahasa adalah jembatan pemersatu segala perbedaan. Mengingat bangsa kita kaya akan keanekaragaman. Tapi, keanekaragaman bahasa itu disatukan dalam payung bahasa Indonesia.

Idonesia didirikan atas dasar kesepakatan bersama. Bila dalam pandangan saya "kesepakatan" berarti semacam kontrak. Lalu bagaimana agar kesepakatan itu tetap awet. Bukan pengawet makanan. 

Tapi, keabadian. Salah satu jalan untuk mengabadikan kesepakatan demikian adalah melalui tulisan. Mengolah setiap aksara itu gampang-gampang susah. Tergantung dari setiap pribadi.

Kita sudah berjalan sejauh usia kita di bumi pertiwi. Apa yang sudah kita berikan untuk negara? Sebagai seorang pemahat aksara yang tak beruntut logikanya, saya selalu mencoba untuk memberikan apa yang sebisa saya berikan melalui setiap tulisan. Itulah persembahan saya sebagai generasi Y kepada negara. Lalu, bagaimana dengan Anda? 

Di sini saya bukan seorang guru. Tapi, saya ingin terus berbagai dan menyadarkan psikologis generasi Y yang telah terkontaminasi dengan politik dan pandemik Covid-19. 

Saya melihat di setiap pojok bumi pertiwi ada klasifikasi/pengelompokkan manusia berdasarkan status, pendidikan, ras dan kepentingan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun