Mohon tunggu...
Frederikus Suni
Frederikus Suni Mohon Tunggu... Mahasiswa - Content Creator Tafenpah

Membaca, Berproses, Menulis, dan Berbagi || Portal Pribadi: www.tafenpah.com www.pahtimor.com www.hitztafenpah.com www.sporttafenpah.com ||| Instagram: @suni_fredy || Youtube : Tafenpah Group

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Membuka Jendela UNESCO

8 September 2020   22:53 Diperbarui: 8 September 2020   23:22 258
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Buku adalah jendela dunia. Membaca buku bagi sebagian orang adalah kegiatan yang sangat membosankan. Apalagi membaca buku di zaman digital. Namun, bila kamu sudah menemukan cinta di dalam buku, segalanya kamu akan tinggalkan. Karena kenikmatan membaca buku akan menelanjangi pintu hati kamu untuk berani menatap dunia dengan view yang berbeda. Kenikmatan membaca buku sama halnya dengan kenikmatan kamu yang suka "ngemil" di tengah malam.

Membaca buku adalah kesempatan untuk bersafari bersama ide cemerlang para penulisnya. Meski kita tidak pernah melihat benua Eropa, Amerika, Afrika, Australia dan sebagian besar Asia. Tapi melalui buku, kita hadir dan menikmati setiap tarikan nafas antar benua dalam menyelami makna kehidupan. 

Kita selalu bersentuhan dengan semesta dan menikmati panoramanya. Nada-nada dari Sang Pengada terdengar merdu di setiap sudut kota. Sebab hari ini, kita telah memperingati "Hari Literasi Internasional." Ya, setiap tanggal 8 September UNESCO menetapkannya sebagai hari peringatan "Melek Huruf" bagi manusia.

Kontribusi apa yang sudah kita berikan untuk memberantas buta aksara bagi negeri Indonesia? Sekadar mari kita melihat skenario hidup masyarakat kota dengan pedesaan. Anak-anak perkotaan sangat dimudahkan dengan segala fasilitas taman bacaan. 

Sementara, anak-anak pedesaan harus berjuang untuk mencari fasilitas bacaan. Bahkan anak-anak pedesaan yang berada di daerah terluar, terbelakang dan tertinggal berurai air mata untuk mencari ilmu.

Pixabay
Pixabay

Memang skenario hidup setiap orang itu berbeda. Ada yang mengawali satu langkah dengan berurai air mata. Ada yang tersenyum sumringah, karena kelimpahan rezeki dalam mencari ilmu. Antara air mata dan senyuman dipadukan dalam suasana ketidakpastian akan langkah selanjutnya.

Ribuan emosi, tangisan dan harapan palsu menyebabkan krisis identitas bagi generasi muda bangsa. Krisis identitas menyebabkan "Chaos" (kerancuan berpikir). Akibatnya kompas/tujuan hidup generasi muda pulau terluar, terbelakang dan tertinggal sirna bersama keindahan alam pedesaan.

Tak selamanya ada senja, hujan, langit biru, pelangi dan cakrawala. Karena segala sesuatu mengikuti hukum semesta. Oleh sebab itu, makna peringatan "Hari Literasi Internasional" bisa" membuka jendela UNESCO" dalam memberantas buta aksara generasi pedesaan melalui ketersediaan fasilitas bahan bacaan.

Terus berkarya wahai generasiku

walau dunia tak meminta.

Selamat Hari Literasi Internasional bangsa Indonesia.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun