Mohon tunggu...
Fredrik Dandel
Fredrik Dandel Mohon Tunggu... Mahasiswa - Seorang ASN yang terpanggil kuat dalam Pelayanan Kerohanian, hingga dapat menyelesaikan pendidikan S1 Theologia dan sekarang sedang melanjutkan Studi S2 Pastoral Konseling pada STT Bethel Indonesia Jakarta.

Selagi aku diperkenankan Tuhan untuk melayani, maka aku akan membaktikan hidup ini untuk hormat dan kemuliaan nama Tuhan. Maka lakukanlah segala sesuatunya untuk Tuhan.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Pendekatan Budaya sebagai Pendampingan Pastoral Kedukaan pada Beberapa Daerah Kristen di Indonesia

5 Desember 2021   18:15 Diperbarui: 5 Desember 2021   18:27 783
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Pendahuluan

Kematian merupakan suatu peristiwa yang tidak bisa kita tolak, sebab Kematian merupakan suatu Kedaulatan Allah yang diberlakukan dalam setiap kehidupan manusia. Mazmur 89 : 49 berkata : “Siapakah orang yang hidup dan yang tidak mengalami kematian, yang dapat meluputkan nyawanya dari kuasa dunia orang mati?”.

Peristiwa kematian tentunya akan menimbulkan kesedihan yang besar bagi orang-orang yang ditinggalkan, apalagi jika seorang yang meninggal tersebut adalah merupakan orang yang paling dicintai, misalnya suami, isteri, orang tua, anak ataupun saudara. Merasa kehilangan yang teramat sangat, akan mempengaruhi kejiwaan seseorang.

Seseorang ataupun keluarga yang sedang mengalami kedukaan akibat ditinggalkan oleh orang yang dicintai, tentunya akan sangat membutukan ataupun mengharapkan bentuk penghiburan dari orang lain.

Dari masa ke masa, manusia berusaha untuk saling menguatkan sesamanya manakala sedang dilanda dukacita. Ada berbagai bentuk dan ekspresi dalam masyarakat manakala mereka sedang mendampingi kerabat atau saudaranya yang sedang berdukacita.

Bentuk pendampingan tersebut, misalnya: Berupa nyanyian, tarian, ritual atau cuma sekedar duduk-duduk untuk menemani kerabatnya yang sedang dilanda dukacita. Inilah yang disebut sebagai tradisi atau budaya

Setiap manusia yang hidup bersama dalam sebuah masyarakat tentu memiliki kebudayaan yang mengakar dalam kehidupannya dari generasi ke generasi. Kebudayaan merupakan suatu identitas dalam masyarakat dimana ada nilai dan falsafah hidup yang dianggap berarti kemudian dihidupi serta dijadikan sebagai dasar dalam melakukan interaksi sosial kepada masyarakat yang lain.

Di kalangan masyarakat Yahudi pada masa Perjanjian Baru, dikenal kebiasaan dalam memberikan penghiburan kepada kaum keluarga yang berdukacita karena kematian. Hal ini tercatat dalam Injil Yohanes Pasal 11, yang mengkisahkan tentang kematian Lazarus saudara Maria Magdalena dan Martha adiknya yang kemudian dibangkitkan oleh Tuhan Yesus. 

Pada ayat 19 mencatat sebagai berikut : Di situ banyak orang Yahudi telah datang kepada Martha dan Maria untuk menghibur mereka berhubung dengan kematian saudaranya. Jelaslah bahwa Pelayanan Pastoral untuk menghibur kaum keluarga yang sedang berdukacita akibat kematian orang yang dikasihi merupakan suatu pelayanan yang sangat penting dan telah dilakukan sejak dahulu kala.

Di kalangan Gereja Kristen dewasa ini pemberian penghiburan kepada keluarga yang berduka umumnya akan segera dilakukan sesaat setelah mendengar kabar kematian yang terjadi dalam suatu keluarga.

 Kehadiran Gembala, pelayan-pelayan Tuhan dan juga jemaat biasanya dengan menaikan doa syukur ataupun penyerahan atas kematian yang dialami oleh anggota jemaatnya, lalu kemudian membicarakan tentang kapan dan bagaimana prosesi pemakaman akan dilakukan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun