Ya, apakah memang tidak ada lagi yang bisa dilakukan produsen produk sandang di saat seperti ini?
Saya ingat dalam Bahasa Mandarin, Kata Krisis: Weiji, jika dibuat terpisah maka akan mempunyai makna; Wei berarti bahaya dan Ji berarti peluang.Â
Rupanya Bangsa Cina percaya bahwa di balik setiap ancaman, juga terdapat peluang. Artinya, ancaman, krisis bukan otomatis menjadi akhir dari perjalanan hidup seseorang atau suatu perusahaan.Â
Ancaman yang dikelola dengan baik dapat berubah menjadi peluang. Demikian juga Albert Einstein menyatakan hal yang sama, di tengah - tengah setiap krisis, terdapat peluang yang besar.
Saya teringat pada seorang pengusaha senior yang saya kenal beberapa tahun yang lalu. Beliau menceritakan bagaimana beliau mengawali bisnisnya mengalami jatuh bangun. Awal usaha belum lama berjalan, sudah ditipu konsumen nya, sehingga beliau mengalami kerugian yang besar.Â
Supplier tidak mau tahu dan tetap meminta pembayaran dari beliau. Namun karena beliau memiliki itikad baik, beliau tunjukkan dengan setiap ada pemasukan, keuntungannya diprioritaskan untuk pembayaran kepada suppliernya. Tidak lama kemudian, setelah supplier melihat itikad baik ini, supplier tersebut akhirnya mendukung beliau dengan menaikkan credit limitnya jauh diatas credit limit lama, sehingga beliau memiliki kesempatan berjualan lebih banyak, otomatis beliau juga bisa membayar lunas kewajibannya lebih cepat. Risiko kebangkrutan akibat ditipu konsumennya diubah oleh beliau menjadi peluang usaha yang lebih besar dari sebelumnya.
Kembali ke pertanyaan menggelitik dari teman saya mengenai peluang penjualan produk-produk kategori sandang yang notabene sudah bukan prioritas pembelian konsumen saat ini. Benarkah kondisi sekarang ini akhir perjalanan dari produsen produk-produk sandang? Sudah tamat-kah?
Diluar Bahasa Mandarin mengenai Krisis dan kutipan Einstein mengenai krsis, saya ingin kita semua ingat pada pepatah yang sudah pasti sering kita dengar dari semenjak kecil:
1. Banyak Jalan Menuju Roma
2. Di mana ada kemauan, disitu ada jalanÂ
Pertama saya ingin kita semua sepakat bahwa berjualan dalam kondisi di saat tidak ada konsumen yang melirik produk sandang, tentu tidak bisa menggunakan cara dan hitungan yang sama dengan kondisi pasar normal. Manajemen perusahaan harus menetapkan terlebih dahulu, apa yang menjadi prioritas perusahaannya di saat seperti ini?Â