Mohon tunggu...
Freddy
Freddy Mohon Tunggu... Konsultan - Sales - Marketing - Operation

To complete tasks and working target perfectly. Leave path in a trail.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Social Entrepreneur, Milik Siapa?

22 Februari 2020   17:23 Diperbarui: 22 Juli 2021   18:26 761
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Yusuf Hamka sebagai pembicara dlm Forum yang diselenggarakan oleh Rotary Club Menteng Tgl 20 Feb 2020

"Setiap kamu berbuat baik, engak usah khawatir. nanti dananya Allah yang carikan".

"Kalau hidup hanya sekedar hidup, kera di rimba juga hidup. Kalau kerja hanya sekedar kerja, kerbau di sawah juga kerja. Berusahalah menjadi manusia yang berguna".

Saya mencoba mencari benang merah, hubungan masa kini seorang Social Entreprenuer dengan masa lalunya. Apakah seorang Social Entreprenuer lahir dari seseorang yang mengalami masa sulit dalam hidupnya atau justru karena hidup berkelimpahan sejak kecil, maka ia lalu tumbuh menjadi seorang Social Entrepreneur?

Tapi ternyata masa kecil Yusuf Hamka, bukan berasal dari keluarga yang sangat susah walaupun juga bukan dari keluarga yang berkelimpahan. Yusuf Hamka bahkan mengklaim dirinya di saat kecill adalah seorang anak yang agak bandel, atau istilahnya, mbalelo. Yusuf Hamka hari ini bisa dikatakan adalah produk tempaan agama dan ayah angkat beliau, Alm. Buya Hamka (Yusuf Hamka pertama kali mengenal Alm. Buya Hamka di tahun 1981, saat ia memeluk islam di saat usianya saat itu 23 tahun, dan menjadi anak angkat).

Kemudian saat saya mencari sumber berita mengenai Social Entrepreneur Indonesia lainnya, saya menemukan banyak nama dengan latar belakang berbeda. Antara lain : Azalea Ayuningtyas, Co Founder dan CEO Du'Anyam, yang memberdayakan wanita-wanita di NTT untuk membantu meningkatkan kesejahteraan keluarga melalui tradisi anyaman.

Ayuningtyas sendiri wanita yang lama bermukim di Amerika. Jelas berasal dari keluarga yang lebih dari berkecukupan. Juga sahabat saya, Sendra Wong, pengusaha muda bidang investasi. Beliau dari keluarga yang juga berkecukupan, telah mulai memupuk jiwa sosial yang baik dgn beberapa kali mengorganisir kegiatan-kegiatan sosial.

Sendra Wong & salah satu kegiatan sosialnya
Sendra Wong & salah satu kegiatan sosialnya

Saya juga teringat pada seorang kenalan pengusaha yang bisa dibilang sukses. Beliau tinggal di salah satu daerah di Jawa Barat. Memiliki banyak usaha, mulai dari percetakan, kontraktor, supplier umum, supplier migas, distributor produk consumer goods, memiliki pabrik produksi filter industri, serta memiliki resor di Jawa Barat.

Beliau pernah menceritakan bagaimana beratnya perjuangan di saat muda, pertama kali menginjakkan kaki kuliah di Jakarta. Tinggal di kos yang sangat sederhana, pernah kerja serabutan menjadi kondektur, hingga pernah suatu saat jatuh sakit, tidak punya uang untuk berobat dan makan, dalam kondisi sakit pergi ke pasar senen menjual buku kuliahnya demi untuk membeli makanan. Saya kagum dan salut atas perjuangan hidup beliau. Kata orang bule inilah namanya : From Zero to Hero.  

Awalnya saya mengira dengan tempaan hidup yang berat bagi beliau di masa muda, setelah sukses akan membentuk beliau menjadi pribadi yang memiliki kepedulian sosial yang tinggi (karena setahu saya, biasanya begitu). Setiap saya bertemu dengan beliau, banyak cerita bagaimana beliau mengutamakan hidup yang sederhana. 

Handphone tidak perlu yang mahal atau ikut-ikutan trend handphone sebagaimana teman-teman pengusaha beliau yang selalu up-to-date utk urusan handphone. Anak-anaknya pun dididik untuk hidup sederhana, tidak pernah minta uang jajan berlebihan, tidak minta dibelikan mobil dan sebagainya. Bahkan beliau pernah menceritakan kepada saya bagaimana beliau sampai tertipu rekan bisnisnya hingga belasan miliar, namun dihadapi dengan tenang, tidak sampai sakit pusing kepala tujuh keliling. Namun dibalik semua kesuksesan dan kesederhanaan beliau, saya terkejut saat mendengar bagaimana perlakuannya kepada karyawannya: banyak yang dibayar dengan gaji dibawah UMR. Saat itu saya ditawari beliau untuk bekerja membantu beliau di salah satu usahanya, namun saat mengetahui banyak karyawannya dibayar di bawah UMR, saya menolak (walaupun di saat itu saya dlm kondisi mencari pekerjaan).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun