Perjalanan ini cukup lama dan membuatku ngantuk. Aku pun tertidur saat itu juga.Â
Tidak terasa, kereta api sudah tiba di stasiun akhir pada pagi hari. Masinis pun membangunkan seluruh penumpang yang sedang tertidur termasuk diriku.
Stasiun terakhir itu adalah tujuanku. Sebuah desa terpencil yang belum pernah aku kunjungi sama sekali.
Saat aku turun dari kereta, aku mencoba menelepon teman paman. Tetapi tidak diangkat olehnya, aku menjadi khawatir saat itu juga.
Tetapi dari jauh, aku melihat seseorang yang melambai ke arahku tanpa meneriakiku sama sekali.Â
Orang itu akhirnya mendekatiku dan memperkenalkan dirinya dengan menunjukkan tulisan nama yang ia tulis di telapak tangan.
Dari situ, aku tahu kalau orang itu adalah teman paman. Namanya Pak Aryo. Aku juga mengetahui bahwa Pak Aryo adalah seorang tuna rungu.
Aku dibawa olehnya ke rumahnya. Rumahnya tampak sederhana dan ia tinggal sendiri di rumah itu.Â
Kubereskan barang bawaanku di kamar yang diberikan Pak Aryo.Â
Aku beristirahat sejenak dan menelepon keluargaku bahwa aku telah sampai.Â
Mereka sangat bahagia dan mengatakan kepadaku untuk sehat-sehat selalu.