Mohon tunggu...
BW
BW Mohon Tunggu... Freelancer - Design Art

Design Art

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Mengkaji Lebih Dalam Budaya Pemilihan Kepala Desa

18 November 2019   05:23 Diperbarui: 19 November 2019   19:13 466
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto: FB Pilkades 2019

Beberapa bentuk dan tingkat pemilu sudah kita lalui,  mulai dari pilkada bupati, gubernur, hingga legislatif dan berakhir dengan pemilihan presiden beberapa bulan lalu.

Akhir-akhir ini sudah mulai terdengar kembali pesata demokrasi di tingkat desa, yakni pilkades.

Pilkades adalah bentuk pemilihan yang paling kecil dalam sebuah tatanan kepemerintahan dan dilaksanakan dan dilaksanakan secara langsung oleh warga desa setempat untuk memilih kepala desanya. 

Pilkades juga dapat dikatakan sebagai bentuk pesta demokrasi yang paling merakyat. Jika benar-benar dimanfaatkan, maka ajang politik ini bisa dijadikan sebagai pembelajaran politik bagi kita sendiri.

Namun, dalam ajang pilkades ini ada sesuatu yang menarik untuk dikaji lebi dalam yakni budaya pemilihan kepala desa.

Pilkades merupakan ajang pemilu yang lebih spesifik dari pada pemilu-pemilu lainnya. Dimana kedekatan dan keterkaitan secara langsung antara pemilih dan para calon. 

Para calon biasanya sudah dikenali dengan baik oleh masyarakat, bahkan ada calon yang merupakan saudara atau saudari kita sendiri. Sehingga aroma politik di lokasi tersebut akan lebih terasa jika dibandingkan dengan pemilu lainnya.  

Namun demikian kedekatan pribadi seorang calon dengan masyarakatnya seringkali dipakai sebagai cara untuk menentukan pilihannya. Budaya untuk mensosialisasikan program atau visi dan misi sering kali tidak digunakan sebagaimana mestinya yaitu sebagai pendidikan politik atau media kampanye yang baik.

Dengan adanya unsur kedekatan pribadi seperti itu, tentu persaingan antar calon akan semakin ketat dan sengit, sehingga bisa saja munculah praktik money politic yang akhir-akhir ini dijadikan sebagai pendorong dalam pemilihan. Oleh karena itu, pelaksanaannya banyak yang keluar dari norma dan etika politik.

Akhir-akhir ini menjelang pilkades, ada satu hal menarik yang perlu kita ketahui yaitu adanya isu putera daerah. Putera daerah menjadi syarat penting yang perlu dimiliki oleh para calon pemimpin bahkan calon pemimpin desa sekalipun. Sehingga jangan heran apabila ada seorang calon yang menambahkan keterangan putera daerah dalam setiap ajang kampanyenya.

Oleh karena itu, berdasarkan fenomena yang ada kita harus berpikir lebih jernih tentang arti dan makna dari kata putera daerah itu sendiri. Ingat, kata putera daerah juga memiliki beberapa kategorinya. Bukan hanya sekedar satu daerah atau memiliki asal yang sama. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun