Mohon tunggu...
Fransiskus Sitohang
Fransiskus Sitohang Mohon Tunggu... Lainnya - mahasiswa

peternakan 2021

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Leptospirosis pada Hewan di Kabupaten Boyoalali, Jawa Tengah

8 Desember 2021   14:12 Diperbarui: 8 Desember 2021   14:31 218
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

BAB 1 

PENDAHULUAN 

1.1 Latar Belakang 

Leptospirosis adalah penyakit yang masuk dalam kategori penyakit bersumber pada binatang (zoonosis). Penyakit leptospirosis disebabkan oleh infeksi bakteri patogen yang berbentuk spiral genus Leptospira dan bisa menular dari hewan ke manusia. Infeksi bakteri leptospira dapat disebabkan kontak dengan air atau tanah yang terkontaminasi oleh urin atau cairan tubuh lainnya dari hewan yang terinfeksi bakteri Leptospira (Samekto,M.dkk.2019).

Bakteri Leptospira masuk ke dalam tubuh manusia melalui membran mukosa atau luka lecet di kulit. Selanjutnya bakteri Leptospira menginvasi epitel penderita dan akan berproliferasi serta menyebar ke organ sasaran. Masa inkubasi leptospirosis berlangsung pendek antara 4-19 hari dengan rata-rata 10 hari. Penyakit ini bersifat akut dan menyebabkan risiko kematian cukup tinggi (Nuraini,Sri.dkk.2017).

Orang dapat terinfeksi dari 100.000 orang pada kelompok berisiko. Insiden leptospirosis di negara tropik basah 520/100.000 per tahun.8 Kasus leptospirosis sebagian besar menyerang pada usia 15-69 tahun sehingga dapat mempengaruhi produktifitas dan perekonomian dengan hilangnya hari kerja karena menderita penyakit leptospirosis.(Samekto,M.dkk.2019). Beberapa wilayah di Indonesia merupakan daerah endemis leptospirosis dan selama bertahun-tahun menjadi masalah kesehatan. Angka kematian akibat leptospirosis dari tahun ke tahun menunjukkan kecenderungan peningkatan. Pada Pada tahun 2010 CFR sebesar 11,2 %. Tahun 2011 CFR sebesar 9,6%, tahun 2012 CFR sebesar 12,6 %, tahun 2013 CFR 9,4 %, tahun 2014 CFR mencapai 13,6 %, tahun 2015 CFR 17,7% dan pada tahun 2016 dilaporkan CFR mencapai 19,2% (Samekto,M.dkk.2019).

Penularan leptospirosis terjadi akibat buruknya kondisi lingkungan di pemukiman penduduk. Lingkungan yang buruk dapat meningkatkan ketersediaan makanan, tempat berlindung, bersarang dan berkembang biak tikus sebagai reservoir leptospirosis. Selain itu lingkungan yang buruk dapat menyebabkan banjir yang bisa meningkatkan risiko terjadinya penyakit leptospirosis (Riyaningsih, 2012 dalam Priharto, Teguh.dkk.2017). Karakteristik individu seperti jenis pekerjaan dan kebiasaan mencuci atau mandi di sungai juga dapat meningkatkan risiko terjadinya penyakit leptospirosis. Individu yang bekerja di sawah lebih berisiko terjangkit leptospirosis daripada yang bekerja di kantor (Anies, 2009 dalam Priharto,Teguh.dkk.2017).

Di Indonesia, kasus leptospirosis pada tahun 2014 tersebar di empat provinsi, yaitu DKI Jakarta, Yogyakarta, Jawa Timur, dan Jawa Tengah. Boyolali merupakan salah satu kabupaten di Jawa Tengah yang dilaporkan telah terjadi kasus leptospirosis. Kejadian leptospirosis di Kabupaten Boyolali pertama kali teridentifikasi pada tahun 2012. Kemudian pada tahun 2014 di Kabupaten Boyolali dinyatakan telah terjadi kejadian luar biasa (KLB) leptospirosis dengan peningkatan jumlah kasus yang cukup signifikan dibandingkan tahun-tahun sebelumnya (CFR sebesar 33,3%) (Nuraini,Sri.dkk.2017).

1.2 Rumusan Masalah 

Bagaimana kasus leptospirosis di Kabupaten Boyolali, Provinsi Jawa Tengah berdasarkan variabel orang, tempat, dan waktu?

1.3 Tujuan 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun