Mohon tunggu...
Fransiskus Fernando Tarigan
Fransiskus Fernando Tarigan Mohon Tunggu... Administrasi - Anak ketiga dari tiga bersaudara

Always Enjoy

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih

Menanti Hasil Pilpres

20 Mei 2019   13:30 Diperbarui: 20 Mei 2019   13:51 19
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerita Pemilih. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Tidak terasa tanggal 22 mei sebentar lagi KPU akan mengumumkan hasil pilpres 2019. Itu pun kalau tidak ada halangan katanya. Sementara terdengar seruan - seruan siap menang -  siap kalah. Baik kubu 01 dan 02 saling klaim kemenangan hingga saat ini. Nampaknya ini adalah tontonan yang menarik bagi kaum independen milineal yang mencoba untuk melek politik. 

Jelas, ini adalah tontonan menarik yang akan dilihat ratusan jiwa pasang mata di segala penjuru tanah air. Bukan tidak mungkin pasca pilpres ini akan banyak produser film yang akan membuat film dengan genre "demokrasi tanpa batas" akibat panasnya tensi yang dipertontonkan secara wajar, tidak wajar, katanya mendidik tapi kayaknya lebih banyak "munafiknya" ya. Tapi mungkin sudah begitu barangkali cara mainnya. Kita independen milineal ini bisa apa, selain hanya ikut menyaksikan itu semua didepan mata sendiri. Ya menyaksikan kebodohan mereka semua yang dipertontonkan atas nama "keadilan, kujujuran, bangsa indonesia, demokrasi" entah apapun itu yang mereka sebut semua. 

Memang politik itu kejam ya, ada harga, ada transaksi, dan ada balas jasa didalamnya. Tidak peduli bagi kubu ang menang atau pun kalah.  Itu semua sejalan dan rakyat masih juga mau  dibodohi atas janji manis mereka semua yang berkuasa. Rakyat masih juga fanatik dengan pilihan - pilihan mereka yang mereka anggap "malaikat" atau bahkan "dewa" yang menyelamatkan mereka atau ibu pertiwi ini. Tentu yang bisa menyelamatkan Indonesia ini bukan mereka yang menjadi penguasa itu melainkan, saya, anda, mereka, yang disebut "persatuan dan kesatuan". Jangan terlalu berharap banyak pada penguasa sebab kekuasaan mereka bukan kekuasaan atas nama kejujuran, ketulusan, keadilan. 

Tapi kekuasaan politik yang didalamnya terdapat sisi negatif dan positif, untung - untung lebih banyak sisi positifnya dari pada negatifnya, tapi untuk saat ini lebih banyak sisi munafiknya menurut saya. Cobalah untuk berpikir secara rasional, untuk apa kita mengidolakan mereka - mereka itu secara berlebihan. Apa karna uang, kepentingan, atau kurang kerjaan. Tetap tenang saja, lanjutkan hari - harimu dengan kegiatan yang positif untuk keluarga dan diri sendiri. Dengan begitu juga Indonesia ini bakalan maju kedepannya. 

Yang membuat kita tidak maju - maju ya kita sendiri yang masih mudah dihasut oleh kubu sana dan kubu sini. Cobalah untuk lebih hati - hati dan kritis menyikapi setiap hal yang terjadi di jaman serba keterbukaan informasi ini. Jangan mudah dihasut. Jangan mudah diprovokasi. Anda semua tentu punya akal dan pikiran. Tentu tau mana yang salah dan mana yang baik. Bukan untuk sekedar ikut -ikutan saja tapi sebenarnya masalahnya tidak tau.

Jangan mau diadu domba. Situasi politik boleh panas. Tapi ingat anda yang tau  mana yang benar dan  tidak benar untuk dilakukan. Tetap jaga persatuan dan kesatuan bangsa kita Indonesia ini. Lebih baik kita menjadi pengawas saja karena secara struktur "Rakyat" adalah bos sebenarnya. Mari kita tunggu secara bersama - sama pengumuman hasil pilpres tersebut tanpa ada perpecahan diantara kita. Silahkan bagi yang mau demo untuk keadilan berdemolah dengan baik bijak tanpa ada unsur yang lainnya yang mencoba merusak NKRI ini. 

Bagi yang tidak mau demo silahkan duduk manis ditempat sambil mengawasi problema - problema yang terjadi tanpa mendiskreditkan kubu sana atau kubu sini. Itulah demokrasi. Semua bebas berekspresi. Semua bebas berpendapat. Tapi ingat anda bukan sekedar manusia yang ikut -ikutan karena ajakan, uang atau hal apapun itu. Kembali lagi anda punya akal dan pikiran. Anda tau mana  yang benar dan mana yang tidak benar. Tetap semangat mengawal itu semua. Demi Indonesia. Jangan ada perpecahan. 

Dari saya yang independen milineal. Saya tidak memihak untuk kubu sana ataupun kubu sini. Saya memilih untuk independen saja. Bebas mengeluarkan ekspresi tanpa ada balas jasa karena kepentingan yang tidak sehat. Politik itu seni. Politik itu bermain di pikiran. Pada akhirnya siapa yang lebih cerdas, cerdik dia yang akan menang memangsa lawannya. Tapi kubu independen akan selalu mengawasi permainan itu. Maka jangan coba -coba untuk mempermainkan bangsa ini.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun