Mohon tunggu...
Fransiskus RadityaTarigan
Fransiskus RadityaTarigan Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Selamat datang.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Balada Sekolah Daring: Kerinduan Pelajar terhadap Pembelajaran Tatap Muka

10 September 2021   13:23 Diperbarui: 10 September 2021   13:27 519
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kampus FISIPOL UGM. (Sumber: IDN Times https://jogja.idntimes.com/)

Pandemi COVID-19 mempengaruhi setiap segmen kehidupan secara berbeda-beda. Di klaster mahasiswa, akibat pandemi yang sedang berlangsung, mahasiswa dan pelajar dari seluruh dunia terpaksa melakukan studi dari rumah. Dengan pandemic yang tak kunjung berakhir, banyak siswa bertanya-tanya kapan saatnya tiba di mana mereka dapat kembali ke sekolah dan menikmati hal-hal  yang lumrah dialami pelajar selama masa lockdown. 

Gema akan keprihatinan ini terutama terasa di lingkungan saya yang mayoritas adalah kalangan mahasiswa. Sebagai seorang mahasiswa, saya sangat merindukan sensasi menghadiri kelas offline. Karena situasi saat ini, saya merasa dirampok banyak hal yang membuat sekolah menjadi menyenangkan. Atau paling tidak se-berat itu untuk dijalani.

Sekolah online menghadirkan banyak masalah berbeda yang biasanya tidak dihadapi siswa saat menjalani sekolah dalam bentuk offline yang tradisional. Salah satu masalah yang menonjol adalah kebosanan. Kurangnya interaksi sosial benar-benar membuat sekolah dua kali lebih membosankan dan berat dari biasanya. 

Perasaan ini bertepatan dengan rasa bahwa setiap hari terasa seperti mengulang hari yang sama. Siswa yang belajar di masa pandemi terpaksa mencari cara baru untuk menghibur diri sepanjang hari sebagai cara untuk menghilangkan kebosanan seperti bermain online games dan menonton film yang disebabkan oleh sifat monoton sekolah online. 

Namun, beberapa upaya tersebut masih belum cukup. Setelah merenungkan situasi yang dihadapi siswa saat ini, hal-hal kecil seperti menunggu kelas di pekarangan sekolah atau kampus, pergi ke kantin, dan hanya nongkrong di sekolah dengan teman dan dosen terasa sangat berharga, dan dapat memberikan penghiburan atau kenyamanan di tengah kesibukan yang umum ditemukan dalam hari-hari sekolah. 

Aktivitas-aktivitas yang dulu dianggap lumrah seperti yang telah saya sebutkan tadi, saat ini tampak seperti bentuk kemewahan yang tidak dapat dicapai karena pandemi.

Dari pengamatan pribadi saya, kurangnya interaksi sosial antar mahasiswa yang disebabkan oleh pandemi yang sedang berlangsung benar-benar mempengaruhi generasi muda lebih dari generasi lainnya. 

Secara tradisional, interaksi sosial biasanya merupakan salah satu wahana belajar terpenting bagi seorang remaja, dan interaksi ini biasanya diperoleh di sekolah. Layaknya banyak pemuda menghabiskan mayoritas waktu mereka di lembaga pembelajaran seperti sekolah dan kampus. Terhalang oleh pandemi, yang memaksa kita untuk menjaga interaksi sosial seminimal mungkin sebagai cara untuk menghentikan penyebaran virus, banyak remaja kehilangan sarana belajar dan hiburan utama. 

Dari sisi mahasiswa, hal lain yang hilang selama masa pandemi selain jumlah interaksi sosial yang sehat, juga berarti melampiaskan kepenatan yang kita rasakan dan akumulasikan selama seminggu. 

Melalui saluran seperti festival musik, menghadiri pemutaran film, atau sekadar secara fisik berkumpul dengan mereka yang memiliki minat yang sama dengan kita. Sarana hiburan ini sangat membantu kami dalam menjaga produktivitas akademik kami

Berkaitan dengan topik produktivitas, kami, pelajar yang oleh banyak kalangan dianggap sebagai 'angkatan COVID', terpaksa menghadapi situasi yang jauh dari ideal di mana kami harus mempertahankan tingkat produktivitas yang tinggi sementara tidak dapat memperoleh fasilitas hiburan yang sama sebelum terjadinya pandemic ini. Ini benar-benar mendorong kerinduan kami untuk kembali ke ruang kelas fisik. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun