Mohon tunggu...
Fransiska Caecilia
Fransiska Caecilia Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

'"Mungkin semua puncak sudah kita daki,tetapi kalau kita berpikir kreatif kita tidak akan kehabisan petualangan"

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Bagaimana Menghadapi Krisis Lingkungan Hidup?

28 Oktober 2021   09:39 Diperbarui: 28 Oktober 2021   09:51 786
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Apa yang dimaksud krisis lingkungan hidup?

Krisis lingkungan hidup adalah sebuah kondisi di mana terjadi degradasi kehidupan di alam semesta. Diksi degradasi menunjukkan adanya penurunan kuntitas sekaligus kualitas lingkungan. Dalam ensiklik Laudato Si disebutkan beberapa contoh bentuk krisis lingkungan yang terjadi di dunia, misalnya polusi udara, pencemaran limbah, polusi cahaya, perubahan iklim yang ekstrem, pencemaran air, kelangkaan air, hilangnya keragaman hayati (hewan, sumber daya alam) dan deforestasi, kemerosotan kualitas hidup dan sosial, ketimpangan global.

Menurut ensiklik Laudato Si akar dari terjadinya krisis lingkungan hidup adalah dari manusia sendiri. Krisis manusiawilah yang menjadi akarnya. Di dalam diri manusia terdapat egosentrisme yang kuat. Egosentrisme itu membuat manusia berpikir untuk dirinya sendiri. Segala sesuatunya dipandang dari sudut pandang "untuk diriku". Hal ini membuat manusia berpikir bahwa dirinya berkuasa atas alam dan alam harus memberikan semuanya untuk manusia. Dari situlah krisis manusiawi merambat menuju krisis lingkungan hidup.

Lebih lanjut, dalam ensiklik Laudato Si disebutkan enam permasalahan yang menjadi pokok dari krisis ekologi. Yang pertama adalah teknologi yang bisa menjadi pedang bermata dua. Kekuatan teknologi yang terus meningkat menempatkan manusia di persimpangan jalan (art. 102). Ada ketegangan batin yang mau tidak mau harus diakui keberadaanya. Di satu sisi teknologi telah membantu manusia mengatasi keterbatasannya. Dengan demikian kualitas hidup manusia menjadi lebih baik (art. 103). Tetapi perlu disadari juga bahwa di sisi yang lain teknologi bisa berbalik merusak hidup manusia dan lingkungannya. Ini terjadi sebab kemajuan teknologi memberi kekuasaan kepada manusia untuk mengendalikan segalanya. Maka tidak ada jaminan bahwa hal tersebut akan selalu digunakan dengan baik (art. 104).

Akar yang kedua adalah defisit dalam hal tanggungjawab, nilai-nilai dan hati nurani. Defisit atas hal-hal tersebut membuat manusia berpikir bahwa segala sesuatunya akan baik-baik saja padahal dalam kenyataannya tidaklah demikian. Dengan demikian kemungkinan penyalahgunaan kekuasaan atas teknologi semakin besar sepanjang tidak ada pengembangan kemanusiawian dalam hal tanggungjawab, nilai-nilai dan hati nurani.

Akar yang ketiga adalah campur tangan yang membabi buta atas alam. Di sini sangatlah nampak relasi antara manusia dan alam. Paus Fransiskus sendiri mengingatkan bahwa manusia dan alam memiliki keterkaitan satu sama lain. Ada hubungan timbal balik di antara keduanya. Namun, yang terjadi seringkali bukanlah hubungan timbal balik mutualisme melainkan parasatisme. Manusia justru membabi buta dalam berelasi dengan alam. Campur tangan manusia berniat memeras sebanyak mungkin segala benda, sambil mengabaikan atau melupakan kenyataan yang ada di depannya (art. 106).

Akar yang keempat adalah bahaya paradigma teknokratis. Paradigma Tenokratis adalah pandangan yang membawa keuntungan tanpa memberi perhatian pada kemungkinan terjadinya dampak negatifnya. Dari sini nampaklah bagaimana teknokratis berfokus pada manusia dan semua ditujukan kepada manusia.

1 Bagaimana menyikapi krisis tersebut?
Menurut Paus Fransiskus, langkah awal untuk menyikapi krisis yang terjadi adalah dengan menyadari bahwa manusia mampu bangkit, memilih yang terbaik dan membarui diri. Kesadaran menjadi penting, sebab dengan kesadaran itulah manusia mengetahui apa yang terjadi di sekitarnya dan apa yang harus diperbuatnya. Dari situ kemudian orang-orang perlu mengubah perilaku destruktif menjadi ramah. Perubahan perilaku itu menuntut adanya perubahan visi dan cara memandang kehidupan ini.
Langkah Konkrit yang digagas Paus Fransiskus untuk menyikapi terjadinya krisis lingkungan adalah melalui pendidikan ekologis. Mengapa pendidikan? Sebab pendidikan sejak awal mula telah menjadi jalan untuk membangun hidup manusia.  Bahkan dalam kultur timur dan barat pendidikan terbukti berhasil membawa orang-orang sampai kepada hakikat mereka diciptakan. Dengan kekhasannya masing-masing, kultur barat dan timur menjadikan pendidikan sebagai way of life.

2 Apa hal-hal yang perlu disampaikan dalam pendidikan lingkungan hidup?

Pendidikan lingkungan hidup perlu mengajarkan bahwa manusia adalah salah satu ciptaan Allah sekaligus bagian dari alam semesta ini. Maka manusia harus menyadari sikapnya dan berubah ke arah yang benar. Manusia harus meninggalkan paradigma yang lebih kental dengan nuansa pengagungan diri dan individualism. Sebab hal tersebut membuka jalan bagi terjadinya kerusakan lingkungan.

Perlu disampaikan juga bahwa pendidikan lingkungan hidup bukanlah tugas individu tertentu, tetapi tugas semua orang. Bagaimana mungkin harmoni kehidupan di dunia ini bisa tercapai jika hanya satu orang yang bergerak. Maka sangatlah penting adanya peran dari seluruh komponen masyarakat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun