Mohon tunggu...
Fransisca Listiariny
Fransisca Listiariny Mohon Tunggu... Guru - Guru MAN 4 Bantul

Guru Mapel PKWU

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Peran Para Kartini dalam Keluarga di Era Pandemi Covid-19

10 Maret 2021   10:48 Diperbarui: 10 Maret 2021   11:05 209
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Peran Para Kartini dalam Keluarga di Era Pandemi Corona

Sejak wabah virus Covid-19 ini muncul yang akhirnya menimbulkan kepanikan publik, sejumlah langkah telah pemerintah lakukan demi menekan kepanikan tersebut. Sejumlah kebijakan dan langkah nyata tidak sedikit dilakukan pemerintah demi memutus penularan virus Corona ini. Dengan menutup tempat-tempat umum, meliburkan kegiatan belajar mengajar, melakukan kampanye "work from home", dan masih banyak langkah yang lainnya. Hampir seluruh sekolah/madrasah se-Indonesia diliburkan sejak  Senin, 16 Maret 2020. Pembelajarannya diganti dengan mengerjakan tugas di rumah atas pengawasan orang tua. Mekanismenya, guru memberi tugas untuk beberapa hari dan tugas langsung dikumpulkan ke guru tiap harinya via online atau pengumpulan tugas pada saat masuk sekolah. Langkah ini menindaklanjuti keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) Nadiem Anwar Makarim dalam rangka mengantisipasi penyebaran covid-19 di lingkungan lembaga pendidikan. Sekilas keputusan untuk belajar di rumah tersebut terkesan menyenangkan. Namun faktanya ketika proses berjalan, banyak keluhan di mana-mana. Terutama dari orang tua murid di tingkat PAUD dan SD/MI. Keluhannya beragam, mulai dari masalah teknis semisal tidak bisa mendisiplinkan anak untuk segera mengerjakan tugasnya, hingga keluhan pada tataran ketidakmampuan secara ilmu untuk membantu anak-anaknya mengerjakan tugas.

Problem berbeda muncul pada pembelajaran di rumah bagi siswa SMP/MTs dan SMA/MA yang menggunakan pembelajaran daring (pembelajaran dalam jejaring).  Disini justru kita melihat ada ketidaksiapan guru dalam proses pembelajarannya.  Misalnya ketika sudah disepakati pembelajaran menggunakan google classroom. Murid siap semua, giliran gurunya tidak siap dengan operasional aplikasinya. Belum lagi ketidaksiapan juga dialami daerah-daerah yang minim fasilitas, baik piranti maupun jejaringnya. Sejumlah sekolah/madrasah yang terbiasa menggunakan perangkat teknologi tentu tidak menjadi masalah, namun sangat bermasalah sekali bagi daerah yang minim fasilitas. Kini proses pembelajaran di rumah telah berlangsung. Meskipun kesiapan guru, siswa dan sekolah/madrasah bervariasi.  Ada yang siap, terpaksa siap dan betul-betul tidak siap.  Memang tidak bisa dipungkiri perubahan cara belajar jarak jauh ini berlangsung begitu cepat akibat merebaknya covid-19. Dari peristiwa ini  kita bisa menakar bahwa banyak sekali yang patut dievaluasi dari sistem pendidikan dan tenaga pendidik yang ada di negeri ini. Selain itu, kita juga bisa menakar sejauh mana peran orangtua selama ini dalam keberhasilan proses pendidikan anak. Dengan peristiwa ini kita bisa melihat dengan jelas bahwa orangtua selama ini hanya menyerahkan begitu saja pendidikan anak ke sekolah dan ke lembaga bimbingan belajar. Sehingga ketika diminta mendampingi proses belajar anak di rumah, mereka gagap dengan itu semua.

Selain kegiatan belajar dan bekerja di rumah selama masa pandemi coronoa ini pemerintah juga mengeluarkan kebijakan social distancing, untuk mencegah penyebaran covid-19, maka selain belajar dan bekerja kegiatan beribadah juga di lakukan di rumah. Masyarakat diminta untuk mengkarantina diri di rumah untuk mencegah penularan virus corona. Demi mendukung kebijakan pemerintah ini peran keluarga sangat dibutuhkan. Karena keluarga merupakan tempat perlindungan bagi seluruh keluarga dalam membangun rasa aman dan nyaman serta terlindungi dari paparan virus penyakit. Di dalam rumah, siapakah yang mempunyai banyak waktu untuk anak-anak ? Siapakah yang lebih mempunyai pengaruh terhadap anak-anak? Siapakah yang lebih dekat kepada anak-anak? Tidak lain adalah para Kartini yang merupakan seorang ibu dalam keluarga. Baik buruknya seorang anak, dapat dipengaruhi oleh baik atau tidaknya seorang ibu yang menjadi panutan anak-anaknya. Inilah kekuatan seorang ibu yang diberikan kepada anak-anaknya. Tatkala sang anak merasa ragu akan hal yang ingin diperbuatnya, namun mereka teringat akan nasehat ibu mereka, maka semua keraguan itu menjadi hilang, yang ada hanya semangat dan keyakinan akan harapan seorang ibu.

Demikianlah peran mulia seorang ibu, dan tidak ada peran yang lebih mendatangkan pahala yang banyak melainkan peran mendidik anak-anaknya menjadi anak yang baik, saleh dan salehah yang setiap aktivitasnya  di landasi atas iman dan semata-mata mencari ridho Allah SWT. Karena anak-anaknya lah yang menjadi sumber pahala dirinya dan sumber kebaikan untuknya. Agar peran para Kartini yaitu seorang ibu selama masa karantina rumah akibat pandemi corona ini tidak stress dan gagap menjalankan tugas dan tanggungjawabnya di rumah, maka para ibu harus dipahamkan kembali betapa besarnya peran dan tanggungjawabnya bagi pembentukan generasi. Agar kembalinya ibu di rumah tidak diisi dengan aktivitas mengalir begitu saja tanpa berkontribusi positif bagi pembentukan generasi bangsa yang berkualitas. Karena kasih sayang, pendidikan yang baik dan doa dari seorang ibu merupakan kekuatan yang dapat menyemangati anak-anak mereka dalam kebaikan.

Karenanya, jika para ibu sadar akan pentingnya dan sibuknya kehidupan di keluarga, niscaya mereka tidak akan mempunyai waktu untuk mengurusi hal-hal di luar keluarganya.  Jika kita melihat akan keutamaan-keutamaan yang diberikan Allah untuk seorang ibu, maka jelaslah bahwa ibu merupakan tumpuan besar bagi pembentukan generasi bangsa yang berkualitas. Kreati

Peran Para Kartini dalam Keluarga di Era Pandemi Corona

Sejak wabah virus Covid-19 ini muncul yang akhirnya menimbulkan kepanikan publik, sejumlah langkah telah pemerintah lakukan demi menekan kepanikan tersebut. Sejumlah kebijakan dan langkah nyata tidak sedikit dilakukan pemerintah demi memutus penularan virus Corona ini. Dengan menutup tempat-tempat umum, meliburkan kegiatan belajar mengajar, melakukan kampanye "work from home", dan masih banyak langkah yang lainnya. Hampir seluruh sekolah/madrasah se-Indonesia diliburkan sejak  Senin, 16 Maret 2020. Pembelajarannya diganti dengan mengerjakan tugas di rumah atas pengawasan orang tua. Mekanismenya, guru memberi tugas untuk beberapa hari dan tugas langsung dikumpulkan ke guru tiap harinya via online atau pengumpulan tugas pada saat masuk sekolah. Langkah ini menindaklanjuti keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) Nadiem Anwar Makarim dalam rangka mengantisipasi penyebaran covid-19 di lingkungan lembaga pendidikan. Sekilas keputusan untuk belajar di rumah tersebut terkesan menyenangkan. Namun faktanya ketika proses berjalan, banyak keluhan di mana-mana. Terutama dari orang tua murid di tingkat PAUD dan SD/MI. Keluhannya beragam, mulai dari masalah teknis semisal tidak bisa mendisiplinkan anak untuk segera mengerjakan tugasnya, hingga keluhan pada tataran ketidakmampuan secara ilmu untuk membantu anak-anaknya mengerjakan tugas.

Problem berbeda muncul pada pembelajaran di rumah bagi siswa SMP/MTs dan SMA/MA yang menggunakan pembelajaran daring (pembelajaran dalam jejaring).  Disini justru kita melihat ada ketidaksiapan guru dalam proses pembelajarannya.  Misalnya ketika sudah disepakati pembelajaran menggunakan google classroom. Murid siap semua, giliran gurunya tidak siap dengan operasional aplikasinya. Belum lagi ketidaksiapan juga dialami daerah-daerah yang minim fasilitas, baik piranti maupun jejaringnya. Sejumlah sekolah/madrasah yang terbiasa menggunakan perangkat teknologi tentu tidak menjadi masalah, namun sangat bermasalah sekali bagi daerah yang minim fasilitas. Kini proses pembelajaran di rumah telah berlangsung. Meskipun kesiapan guru, siswa dan sekolah/madrasah bervariasi.  Ada yang siap, terpaksa siap dan betul-betul tidak siap.  Memang tidak bisa dipungkiri perubahan cara belajar jarak jauh ini berlangsung begitu cepat akibat merebaknya covid-19. Dari peristiwa ini  kita bisa menakar bahwa banyak sekali yang patut dievaluasi dari sistem pendidikan dan tenaga pendidik yang ada di negeri ini. Selain itu, kita juga bisa menakar sejauh mana peran orangtua selama ini dalam keberhasilan proses pendidikan anak. Dengan peristiwa ini kita bisa melihat dengan jelas bahwa orangtua selama ini hanya menyerahkan begitu saja pendidikan anak ke sekolah dan ke lembaga bimbingan belajar. Sehingga ketika diminta mendampingi proses belajar anak di rumah, mereka gagap dengan itu semua.

Selain kegiatan belajar dan bekerja di rumah selama masa pandemi coronoa ini pemerintah juga mengeluarkan kebijakan social distancing, untuk mencegah penyebaran covid-19, maka selain belajar dan bekerja kegiatan beribadah juga di lakukan di rumah. Masyarakat diminta untuk mengkarantina diri di rumah untuk mencegah penularan virus corona. Demi mendukung kebijakan pemerintah ini peran keluarga sangat dibutuhkan. Karena keluarga merupakan tempat perlindungan bagi seluruh keluarga dalam membangun rasa aman dan nyaman serta terlindungi dari paparan virus penyakit. Di dalam rumah, siapakah yang mempunyai banyak waktu untuk anak-anak ? Siapakah yang lebih mempunyai pengaruh terhadap anak-anak? Siapakah yang lebih dekat kepada anak-anak? Tidak lain adalah para Kartini yang merupakan seorang ibu dalam keluarga. Baik buruknya seorang anak, dapat dipengaruhi oleh baik atau tidaknya seorang ibu yang menjadi panutan anak-anaknya. Inilah kekuatan seorang ibu yang diberikan kepada anak-anaknya. Tatkala sang anak merasa ragu akan hal yang ingin diperbuatnya, namun mereka teringat akan nasehat ibu mereka, maka semua keraguan itu menjadi hilang, yang ada hanya semangat dan keyakinan akan harapan seorang ibu.

Demikianlah peran mulia seorang ibu, dan tidak ada peran yang lebih mendatangkan pahala yang banyak melainkan peran mendidik anak-anaknya menjadi anak yang baik, saleh dan salehah yang setiap aktivitasnya  di landasi atas iman dan semata-mata mencari ridho Allah SWT. Karena anak-anaknya lah yang menjadi sumber pahala dirinya dan sumber kebaikan untuknya. Agar peran para Kartini yaitu seorang ibu selama masa karantina rumah akibat pandemi corona ini tidak stress dan gagap menjalankan tugas dan tanggungjawabnya di rumah, maka para ibu harus dipahamkan kembali betapa besarnya peran dan tanggungjawabnya bagi pembentukan generasi. Agar kembalinya ibu di rumah tidak diisi dengan aktivitas mengalir begitu saja tanpa berkontribusi positif bagi pembentukan generasi bangsa yang berkualitas. Karena kasih sayang, pendidikan yang baik dan doa dari seorang ibu merupakan kekuatan yang dapat menyemangati anak-anak mereka dalam kebaikan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun