Apa yg terlihat belumlah tentu itu yg sebenarnya. Baik menurut kita belumlah tentu baik menurut org lain begitu pula sebaiknya. Mengkritik cerdas adalah langkah luar biasa dari kita sebagai manusia yang berilmu dan beriman.Â
Apapun kebobrokan yg kita anggap ada saat ini bukan berarti kita tidak peduli. Tapi lebih baik mari kita berbuat dan menyingsihkan lengan baju bahu membahu membangun bangsa memperbaiki segala sesuatunya dimulai dari diri sendiri.Â
Karena saat ini banyak perang pendapat yg menghabiskan energi dan terkadang menimbulkan chaos. Tentu kebersamaan dalam perbedaan membuat segala sesuatunya menjadi indah. Karena kepala sama hitam isinya pasti berbeda.Â
Dirumah tangga saja kita terkadang bertemu dengan konflik kecil dan besar. Tapi semua menjadi damai ketika kita mengambil sikap. Jika bermasalah dengan ideologi kita dan ditemukan keanehan mari satukan diri bahwa pancasila yg salah penafsiran dan penyelewengan alangkah baiknya kita perbaiki dari diri dan orang sekitar. Satu menjadi dua dan dua menjadi tiga serta begitulah seterusnya.
Kita berteman namun berbeda pendapat itulah makna dari kehidupan. Jikalau semua orang menjadi tukang sayur tentu takkan ada tukang bangunan, trus dimana kita akan tinggal.Â
Banyak orang yang menganggap Pak Jokowi adalah PKI dan sebagainya, Pak Prabowo pelanggar HAM, dan Pak Anies Baswedan sebagai Gubernur yang buruk.
Hal ini yg digembor-gembor media baik itu online dan offline, sementara itu, terlihat secara tidak langsung impact nya dimana kita diajak untuk beradu mulut ataupun otot untuk membela sang junjungan. Ingatlah wahai sahabat, sekecil apapun  yg kita buat berdampak pada segalanya, mari kita berbuat. Mari kita berbaik sangka, karena setahu saya sangka2 itu adalah dusta.  Dan tertuang dalam alquran bukan?Â
Pada masa pandemi ini, inilah saat kita diuji apakah kita mampu berbuat dengan sesama, apakah kita mampu mengesampingkan perbedaan, dan apakah kita kembali ke jalan-Nya? Usia kita semakin menua, rakyat semakin berubah dari generasi ke generasi. Jika dokrin selalu menyalahkan dan menganggap kita menjadi selalu benar adalah sangat merugi.Â
Bukankah pernah dijelaskan bahwa manusia itu dalam keadaan merugi kecuali org yg saling nasehat menasehati dalam kebaikan dan bersabar. Talkless. Do more.
Semenjak iklim politik kita "six and seven" (kacau balau), mungkin itulah ujian bagi kita bangsa yg besar. Dimana banyak etnis dan suku yg ada dinegara kita dengan ribuan dan justru banyak perbedaan pendapat.Â
Namun tak satupun tindakan untuk mendamaikan yg kita lakukan. Kritik demi kritik dilayangkan, tapi kadang kita tidak melihat tetangga kita yang tak makan, serang sana serang sini, tapi kita tak melihat ada anak kehilangan bapak dan malinh yg dipukuli dipasar bahkan dibakar.