Mohon tunggu...
Fransescorner
Fransescorner Mohon Tunggu... Guru - Penikmat kopi Flores Bajawa dengan motto : Start by doing what’s necessary; then do what’s possible; and suddenly you are doing the impossible

www.fransescorner.com

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

MITOS SULITNYA BELAJAR TEKNOLOGI DIERA PANDEMI SEIRING BERTAMBAHNYA USIA DAN MENURUNNYA KINERJA OTAK

30 Januari 2021   02:52 Diperbarui: 30 Januari 2021   03:11 378
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Bekerja Jarak Jauh (BJJ), Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) merupakan fenomena yang tidak dapat dihindari oleh siapapun termasuk guru khususnya dalam mengajar kelas virtual. Hal ini menuntut setiap guru untuk beradaptasi secara cepat dimulai dari medio Maret 2020 dimana semua sekolah melakukan pembelajaran jarak jauh yang bertujuan untuk memutus mata rantai virus Covid 19. Adaptasi yang dilakukan tentunya yang paling terasa adalah Guru diminta dalam sekejap untuk menguasai program – program mengajar online seperti googlemeet, zoom, webex untuk kelas virtual, kemudian guru juga diminta menguasai program – program membuat materi pembelajaran yang menarik dimulai dari power point, powtoons, kahoot, quizis serta menguasai program learning management system seperti moodle, google classroom, padlet dan berbagai macam program – program lain yang mendukung termasuk membuat atau mengedit video dan audio.

Dari sekian banyak adaptasi yang dilakukan, tidak jarang guru mengeluhkan dan masih berdebat bahwa mengajar dengan metode seperti gambaran di atas sangat tidak efektif dengan berbagai alasan dan upaya yang mereka utarakan. Dari berbagai pertemuan MGMP (Musyawarah Guru Mata Pelajaran) yang pernah saya ikuti baik di forum internal maupun eksternal yayasan, ternyata alasan yang paling sering diutarakan adalah usia dan otak. Mereka beralasan bahwa usia dan otak sudah sulit diajak kompromi dalam belajar hal baru sehingga mereka kesulitan dalam beradaptasi dengan kebiasaan baru dalam mengajar jarak jauh diera pandemi. Tidak jarang pula yang membuat mental block terutama bagi mereka yang berusia menjelang pensiun. Dan yang paling memprihatinkan adalah pernyataan yang mengatakan pembelajaran jarak jauh bisa berjalan jika mereka dibuatkan semua materi pembelajaran, soal, video, audio oleh guru muda dengan alasan usia dan otak mereka sudah tua dan sulit berkembang.

Prof Atwi Suparman dalam bukunya yang berjudul Teknologi Pendidikan dalam Pembelajaran Jarak Jauh mengatakan bahwa Guru perlu menguasai TPACK dimana didalamnya memuat Technology, Pedagogy, Content Knowledge. TPACK sendiri awalnya dikembangkan oleh Schulman’s 1987 melalui TCK (Technology, Content Knowledge) kemudian terus berkembang menjadi TPACK oleh Mishra dan Koehler tahun 2016 melalui bukunya yang berjudul Handbook of Technological Pedagogical Content Knowledge, 2nd Edition. Dengan berlakunya pembelajaran jarak jauh maka Guru harus menambah kecakapan lain yaitu teknologi sehingga terdapat irisan dari ketiganya yang dinamakan TPACK. Dengan TPACK maka kualitas guru sejatinya akan meningkat karena guru mengintegrasikan konten pembelajaran yang dimiliki dengan pedagogi dan dibungkus dengan teknologi sehingga pembelajaran yang diterima oleh siswa akan menjadi lengkap khususnya pada pengembangan pendidikan abad 21 ini.

Pandemi covid 19 akhirnya menetapkan bahwa teknologi menjadi teman setiap guru khususnya dalam pembelajaran jarak jauh dan ini tidak bisa terhindarkan. Taufik Pasiak dalam bukunya yang berjudul Unlimited Potency of the Brain mengatakan beberapa hal yang berkaitan dengan otak manusia, lebih tepatnya meluruskan mitos – mitos yang dipercaya dan memenjarakan pikiran setiap orang yang meyakininya tentan otak manusia. Pertama, secara kontinu otak mampu mengembangkan dirinya sebagai respon terhadap pengalaman dan pembelajaran. Bagian ini membantah mitos bahwa otak tidak mampu bertumbuh kembang seiring perjalanan usia. Kedua, sel – sel otak baru dapat dibentuk sepanjang manusia hidup. Bagian ini membantah mitos tentang orang otak dewasa (baca:tua) tidak bisa belajar dari otak orang muda. Ketiga, sirkuit emosional otak menjadi lebih matang dan seimbang seiring perjalanan usia. Bagian ini membantah anggapan bahwa hubungan antar sel saraf bersifat tetap sepanjang hidup. Keempat, Otak memiliki dua belahan yang menjadi lebih seimbang seiring dengan bertambahnya usia. Bagian ini membantah anggapan bahwa intelegensi adalah tentang berapa banyak neuron yang kita miliki dan seberapa cepat mereka bekerja.

Dari penjelasan di atas dapat dikatakan bahwa usia seseorang memang bertambah dan bisa menjadi tua namun otak manusia tidak pernah tua, otak akan selalu mengalami perkembangan dan pertumbuhan bahkan diperbaharui serta semakin tangguh dari tahun ke tahun sepanjang manusia itu hidup. Semuanya bisa terjadi dengan syarat bahwa manusia tidak terbelenggu dengan pemikiran/mitos tentang usia manusia menurunkan kualitas otak manusia, hal inilah yang menjadi hambatan untuk otak berkembang, bertumbuh dan menjadi tangguh karena mitos yang salah ini secara tidak langsung membuat mental block dan memenjarakan otak si pemilik itu sendiri.

Daftar Pustaka

M.J Koehler., M. P. (2009). What Is Technological Pedagogical Content Knowledge. Reserchgate.net, 60-70.

M.J Koehler., P. M. (2016). Handbook of Technological Pedagogical Content Knowledge, 2nd Edition. New York: Routledge.

Pasiak, T. (2009). Unlimited Potency of the Brain. Jakarta: Mizan.

Suparman, A. (2019). Teknologi Pendidikan dalam Pembelajaran Jarak Jauh. Jakarta: Penerbit Universitas Terbuka.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun