Mohon tunggu...
Fransescorner
Fransescorner Mohon Tunggu... Guru - Penikmat kopi Flores Bajawa dengan motto : Start by doing what’s necessary; then do what’s possible; and suddenly you are doing the impossible

www.fransescorner.com

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Wisuda Virtual karena Pandemi

5 Juni 2020   08:23 Diperbarui: 5 Juni 2020   08:21 194
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Setahun yang lalu dan juga tahun - tahun sebelumnya selalu diadakan wisuda kelas 9 dan sudah menjadi budaya dibanyak sekolah. Biasanya setelah para siswa menjalani serangkaian acara ujian dan berakhir dengan ujian nasional (UN) mereka akan dilepas sebagai seorang yang bernama alumni dari sekolah tempat saya mengajar. 

Acara ini juga biasanya dilakukan dibanyak sekolah baik tingkat dasar, menengah ataupun atas. Didalam acara wisuda biasanya panitianya terdiri dari para Guru, Orangtua, OSIS dan para pengisi acara yang umumnya berada di kelas 7 dan 8. 

Setiap acara wisuda buat saya pribadi sebagai Guru merupakan acara yang mengharukan dan menjadi memori. Mengapa ? Karena setelah berdinamika bersama dan menjadi teman seperjalanan mereka selama 3 tahun normalnya, kini mereka akan melanjutkan ke tempat lain dan kami akan terpisah jarak, ruang dan waktu. Banyak kenangan indah dan mungkin juga pahit namun semuanya berujung menjadi sebuah kerinduan bagi kami semua khususnya saya. 

Didalam acara wisuda biasanya ada momen-momen kebanggaan para Orangtua dan Guru ketika melihat para wisudawan kelas 9 masuk ruangan dengan iringan lagu latin berjudul Gaudeamus Igitur (arti menurut wikipedia "Karenanya marilah kita bergembira").  Derap langkah dan senyuman para wisudawan sungguh mantap dan memiliki harapan baru serta semangat yang berkobar. 

Selain momen tersebut terdapat momen penyerahan siswa secara simbolis dari pihak sekolah kepada Orangtua yang menandakan bahwa tugas sekolah yang menjadi tempat pembentukan pribadi para siswa selama 3 tahun di SMP sudah selesai. 

Acara lain diisi dengan hiburan yang diisi oleh para siswa kelas 7 dan 8, di sekolah saya acara ini diisi dengan tari daerah, menyanyi lagu daerah, lagu rohani dan acara yang bersifat nasionalis. Perpaduan musik yang disuguhkan juga gabungan musik daerah seperti gamelan, kulintang dan musik modern. Hal ini memang menjadi kekuatan bagi sekolah di tempat saya mengajar. Anak - anak kami diperkenalkan dan diarahkan untuk berbangga dengan Indonesia yang beragam. 

Sekitar 2 - 3 tahun terakhir ini ada yang baru dalam wisuda di sekolah saya ini, ada penampilan tambahan yaitu pemutaran video kaleidoskop perjalanan mereka selama 3 tahun di SMP. Video ini didalamnya memuat foto, video jaman mereka masih unyu - unyu terutama saat masa orientasi, 

Jambore Pramuka, field trip, retret dan tentunya acara live in. Ya sekolah kami mempunyai program unggulan yaitu live in atau tinggal bersama, tentunya bukan tinggal dengan orangtuanya namun orangtua asuh mereka di desa yang berada di Jawa Tengah. Perjalanan mereka kesana juga bukan menggunakan transportasi luxury namun mereka menggunakan kereta api kelas ekonomi class. Mengapa ? 

Pada bagian ini para siswa dihadapkan fenomena baru bahwa apapun yang dihadapi harus disyukuri walaupun itu diluar kebiasaan mereka, diluar kenyamanan mereka. Disini mereka diuji untuk menjadi pribadi yang bisa bekerja sama dengan temannya, pribadi yang peduli dengan sekelilingnya, pribadi yang tangguh untuk bisa menikmati disetiap keadaan. Saat mereka tiba di desa tujuan,mereka belajar bersosialisasi, unggah ungguh dan banyak hal bersama masyarakat desa yang beragam. 

Mereka juga belajar untuk keluar dari zona nyaman mereka sebagai anak kota menjadi anak desa yang semuanya seadanya dan serba terbatas. Pada pemutaran video ini juga di akhir selalu ditampilkan kembali peristiwa ketika mereka harus berpisah dengan orangtua asuh mereka di desa tersebut. Air mata, pelukan hangat mewarnai perpisahan kami semua. Hal ini juga dialami para Guru pendamping yang ada disana termasuk saya pribadi. Kami semua belajar banyak dari keberagaman yang ada dan bersyukur boleh berada disana. 

Setelah pemutaran video kaleidoskop dilanjutkan dengan acara inti seperti sambutan-sambutan resmi, pengumuman kelulusan oleh Kepala Sekolah, pengalungan medali dan acara penyerahan bunga kepada Orangtua dan Guru. Semua acara tersebut tentunya tidak lepas dari peran OSIS dan perwakilan siswa - siswi kelas 7 dan 8. Para siswa tersebut merupakan ujung tombak dalam suksesnya acara tersebut selain pihak lain. 

Namun sekarang tahun 2020 dan para siswa yang tadinya kelas 8 di tahun lalu sekarang mereka adalah kelas 9 dimana seharusnya mereka adalah WISUDAWAN di tahun ini. Saya membayangkan perasaan mereka yang mungkin sudah menanti acara wisuda ini namun terbentur oleh keadaan dimana mereka harus diwisuda secara virtual. Memang sama - sama ada wisuda namun tidak bisa dipungkiri bahwa wisuda virtual itu rasanya beda dari wisuda yang real. 

Mengapa berbeda ? Euforianya akan terasa berbeda dan tidak greget. Biar bagaimanapun wisuda secara nyata akan lebih terasa di hati ketimbang di dunia maya. Dan sebagai Guru, ini kali pertama saya mengalaminya. Wong saya saja merasakan berbeda apalagi siswa saya yang mengalami diwisuda online ini. 

Tulisan ini saya buat bukan bermaksud macam - macam namun lebih sebagai refleksi personal seorang Guru yang mencoba memahami suasana batin para siswanya. Para wisudawan tahun ini kebanyakan selama 2 tahun mengisi dan membantu acara wisuda kakak kelasnya. Bagi yang tidak panitia biasanya juga ikut hadir karena penasaran acara wisuda seperti apa. Bagi yang bertugas juga sering membayangkan dan mungkin bergumam dalam hati "I will be there next year." 

Tetapi sekali lagi situasi dan kondisi tidak memungkinkan wisuda angkatan ini terjadi secara nyata. Disini saya diingatkan sebuah pesan oleh seorang Pastur ketika saya berada di sebuah kapel yaitu "APAPUN KEADAANNYA, KAMU HARUS TETAP BERBUAT BAIK." 

Awalnya saya menganggap kalimat itu hanya sebuah hal yang biasa saja, namun belakangan saya sadar dengan peristiwa yang saat ini dialami para wisudawan tahun ini yang selama 2 tahun membantu dan merindukan ingin diwisuda serta berkumpul bersama seluruh anggota civitas sekolah, harus mengalami kenyataan yang berbeda. Secara manusia pasti ada perasaan yang tidak nyaman namun sekali lagi "APAPUN KEADAANNYA, KAMU HARUS TETAP BERBUAT BAIK." Selamat untuk seluruh siswa SMP yang dalam waktu dekat ini akan diwisuda secara virtual/online/daring. Saya bangga dengan kalian.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun