Kita pasti sudah sangat familiar mendengar istilah "komite sekolah". Tapi pernahkah kamu bertanya, seberapa penting keberadaan mereka saat ini? Apakah mereka benar-benar punya pengaruh terhadap pendidikan anak-anak kita, atau hanya sekadar pelengkap di atas kertas? Sekarang kita berada dalam semarak digitalisasi dalam pendidikan dan sistem informasi yang semakin pesat, sebuah pertanyaan muncul tentang komite sekolah apa perannya masih berguna di masa sekarang ini atau justru menjadi semakin relevan.Â
Komite Sekolah Lembaga Sekadar Formalitas?
Sebagai orang tua murid sering beranggapan komite sekolah hanya berperan sebagai  bagian administratif dari sekolah yang sebenarnya tidak penting-penting banget. Karena mereka hanya Sebuah forum yang hanya muncul saat rapat tahunan, mengumpulkan iuran, lalu menghilang sampai tahun ajaran berikutnya. Padahal diatas kertas, komite sekolah memiliki peran penting untuk menjadi jembata hubungan antara masyarakat dan lembaga pendidikan.
Di Indonesia, sendiri keberadaan komite sekolah sudah punya aturan sendiri yang tertuang dalam Permendikbud Nomor 75 Tahun 2016. Tugasnya juga berperan sebagai pemberi pertimbangan, suport , dan sebagai bagian dalam mempersiapkan kesiapab dan penyelenggaraan pendidikan di sekolah. Namun, meski regulasi ini sudah cukup lama diberlakukan, implementasinya di lapangan sering kali berbeda jauh dari teori. Di banyak sekolah, komite justru berjalan pasif, bahkan tidak memiliki suara dalam pengambilan keputusan penting. Akibatnya, fungsi kontrol masyarakat terhadap dunia pendidikan nyaris tidak terasa.
Padahal dalam sistem pendidikan yang sehat, keterlibatan masyarakat bukan hanya pelengkap, tetapi elemen esensial. Komite sekolah seharusnya mampu menjadi mata dan telinga orang tua, serta mulut yang menyuarakan kepentingan siswa. Jika peran ini dijalankan dengan benar, maka komite sekolah bisa menjadi kekuatan sosial yang mengawal mutu pendidikan secara kolektif.
Saat Dunia Berubah, Peran Komite Juga Harus Berevolusi
Era digital telah mengubah banyak hal, termasuk bagaimana sekolah dan orang tua berinteraksi. Kini, komunikasi tidak lagi berpatokan pada  jarak dan juga waktu. Grup WhatsApp orang tua siswa, portal belajar online, dan aplikasi manajemen sekolah membuat distribusi informasi jauh lebih cepat dan luas. Dalam konteks ini, peran tradisional komite sebagai penghubung komunikasi sudah mulai tergantikan teknologi.
Namun, bukan berarti peran mereka selesai. Justru di tengah arus informasi yang deras, kita semakin membutuhkan kehadiran komite yang mampu menyaring, mengkritisi, dan menavigasi informasi secara objektif. Komite sekolah bisa menjadi penyeimbang antara kebijakan sekolah dan realitas yang dirasakan orang tua dan siswa.
Di beberapa negara seperti Finlandia dan Jepang, struktur serupa komite sekolah justru semakin diperkuat. Mereka tidak hanya dilibatkan dalam pengawasan, tetapi juga dalam pengambilan kebijakan, perekrutan tenaga pendidik, hingga penentuan kurikulum lokal. Indonesia pun bisa mengadopsi pendekatan ini. Tetapi untuk itu, komite sekolah kita perlu 'naik kelas' dari sekadar forum formal menjadi aktor penting dalam demokratisasi pendidikan.
Masalahnya Bukan pada Ada atau Tidaknya Komite, Tapi Kualitas dan Fungsinya
Selama ini, kritik terhadap komite sekolah lebih banyak diarahkan pada keberadaannya yang dianggap tak efektif. Tapi kritik tersebut seringkali salah sasaran. Bukan soal ada atau tidaknya, melainkan soal apa yang mereka kerjakan dan bagaimana mereka bekerja. Di banyak sekolah negeri dan swasta, komite masih sangat bergantung pada sosok ketua yang punya jejaring atau akses ke pihak sekolah. Tanpa itu, fungsi mereka lumpuh.