Mohon tunggu...
Frans Leonardi
Frans Leonardi Mohon Tunggu... Freelace Writer

Sebagai seorang introvert, Saya menemukan kekuatan dan kreativitas dalam ketenangan. Menyukai waktu sendirian untuk merenung dan mengeksplorasi ide-ide baru, ia merasa nyaman di balik layar ketimbang di sorotan publik. seorang amatir penulis yang mau menyampaikan pesannya dengan cara yang tenang namun , menjembatani jarak antara pikiran dan perasaan. Salam dari saya Frans Leonardi

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Bagaimana Membangun Karir di Era Digital?

15 Mei 2025   14:10 Diperbarui: 15 Mei 2025   12:30 85
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Membangun Karir. Dok Kompasiana.com 

Pernah dengar cerita orang sukses tanpa ijazah? Dulu mungkin terdengar langka dan terlalu idealis. Tapi hari ini, itu sudah jadi kenyataan. Kita hidup di era digital di mana algoritma bisa lebih jujur dari HRD, dan portofolio bisa bicara lebih keras daripada transkrip nilai. Terutama buat Gen Z, generasi yang lahir dan tumbuh di tengah kecanggihan teknologi, cara membangun karir sudah berubah total. Masalahnya, tidak semua menyadarinya.

Sementara sekolah dan institusi formal masih bicara soal nilai dan ranking, dunia kerja diam-diam sudah mengubah standar. Gelar akademik masih dihargai, tapi bukan segalanya. Yang lebih penting kini adalah: relevansi skill, kemampuan beradaptasi, dan keberanian untuk jadi berbeda. Nah, di sinilah letak tantangannya. Apakah kita siap membongkar ulang cara berpikir soal karir?

Gen Z, Bukan Lagi Anak Magang Biasa

Kamu yang lahir di akhir 1990-an hingga awal 2010-an sekarang sedang ada di usia produktif. Tapi ada satu hal yang membedakan kamu dari generasi sebelumnya: kamu tidak ingin hidup hanya untuk bekerja

Namun kenyataannya, di balik itu, banyak Gen Z dan generasi produktif lain merasa frustrasi. Mereka lulus kuliah, tapi bingung harus mulai dari mana. Mereka punya skill, tapi tak tahu bagaimana menawarkannya. Bahkan, banyak yang sudah bekerja tapi merasa karirnya jalan di tempat. Bukan karena kurang pintar, tapi karena dunia kerja sekarang punya “bahasa baru” yang tak semua orang pahami.

Di era digital ini, karir bukan cuma soal jabatan dan kantor. Tapi tentang positioning. Tentang bagaimana kamu dilihat oleh dunia online. Dan sayangnya, banyak yang masih mengira bahwa CV dan surat lamaran cukup untuk membuka pintu peluang. Padahal, yang lebih dilihat hari ini justru jejak digitalmuapa yang kamu buat, bagikan, dan bangun secara konsisten

Karir Bukan Lagi Seperti Dulu

Di masa lalu, karir itu seperti tangga. Kamu mulai dari bawah, naik satu per satu, lalu pensiun di puncak. Tapi sekarang? Karir lebih mirip pohon. Ada cabang ke kanan, kiri, bahkan kadang kamu harus turun dulu untuk naik lebih tinggi. Inilah realitas karir di era digital nonlinear, dinamis, dan sangat personal.

Contohnya, ada orang yang lulus teknik mesin tapi malah sukses sebagai digital illustrator. Ada juga lulusan hukum yang memilih jadi YouTuber edukasi. Dan mereka tetap disebut berhasil, karena ukurannya bukan lagi gelar, tapi impact dan relevansi. Bagi Gen Z, ini kabar baik sekaligus PR besar: kamu bebas memilih jalurmu sendiri, tapi juga harus siap dengan segala ketidakpastian yang menyertainya.

Kebanyakan sistem pendidikan masih mengarahkan pada satu jalur tunggal. Tapi dunia nyata di era digital banyak lintasan yang harus di jalani. Kamu bisa jadi freelancer sambil kuliah. Bisa kerja remote untuk startup luar negeri tanpa pernah ke luar kota. Bisa bangun bisnis digital dari rumah, bahkan tanpa modal besar. Ini bukan mimpi, tapi realita yang sedang dijalani banyak anak muda hari ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun