Saat jalan-jalan makin padat, udara makin pengap, dan dunia sibuk berteriak soal perubahan iklim, satu moda transportasi di Indonesia justru berjalan tenang di balik hiruk-pikuk kereta api. Mungkin kamu nggak menyadarinya, tapi PT KAI perusahaan milik negara yang menangani Kereta Api Indonesia sedang melakukan perubahan yang lebih besar dari sekadar mengganti warna seragam pegawainya. Mereka sedang membangun masa depan, satu rel baja dalam satu waktu. Masa depan itu bernama: transportasi berkelanjutan.
Dan meskipun sering kali dilihat hanya sebagai pilihan murah untuk mudik atau sekadar alat angkut barang dari pelabuhan ke pedalaman, kereta api diam-diam sedang jadi pionir dalam urusan transportasi yang peduli lingkungan. Tapi seperti apa wujud nyatanya?Â
Ketika Rel Tidak Lagi Soal Perjalanan, Tapi Soal Energi
Kita terbiasa mengaitkan kereta api dengan stasiun yang penuh orang, suara peluit petugas, dan klakson panjang dari lokomotif tua. Tapi ada hal besar yang sering luput: kereta api, secara sistemik, adalah moda paling efisien energi dari semua transportasi darat massal.
Kalau kamu bandingkan, mobil pribadi menghabiskan energi hingga 4--5 kali lebih banyak per orang dibandingkan kereta. Bahkan bus pun, meski lebih efisien dari mobil, masih kalah jauh. Setiap kali kamu naik kereta, secara tidak langsung kamu membantu menekan konsumsi bahan bakar fosil, dan lebih penting lagi, mengurangi jejak karbon.
Nah, PT KAI menangkap potensi ini. Mereka mulai beralih ke sistem operasional yang mengutamakan efisiensi energi. Mulai dari penerangan stasiun yang sekarang sebagian besar sudah menggunakan lampu LED hemat daya, pendingin ruangan dengan standar green building, hingga uji coba panel surya di beberapa stasiun besar seperti Manggarai dan Surabaya Gubeng. Bahkan, proyek elektrifikasi jalur di beberapa lintasan utama jadi tonggak penting buat mengurangi ketergantungan pada diesel.
Dan ini bukan soal gaya-gayaan. Menurut data dari International Energy Agency, moda kereta api bertanggung jawab atas kurang dari 1% emisi gas rumah kaca dari sektor transportasi global. Bandingkan itu dengan mobil dan truk yang mendominasi polusi jalanan kita hari ini. PT KAI tahu betul ini bukan hanya peluang ekonomi, tapi tanggung jawab moral.
Pada Lebaran 2025 memecahkan rekor. Jumlah penumpang melonjak hingga naik 12% dibandingkan tahun lalu. Tapi bukan itu yang membuat periode ini menarik. Yang jauh lebih menarik adalah bagaimana PT KAI berhasil mengatur lonjakan penumpang sambil menekan dampak lingkungannya.
Misalnya, tahun ini KAI memperluas layanan digital boarding pass yang tidak lagi mencetak kertas sama sekali. Bayangkan, dari jutaan penumpang, berapa juta lembar kertas bisa dihemat? Sistem check-in digital ini tidak hanya mempercepat antrean, tapi juga mengurangi limbah, dan itu berdampak langsung ke lingkungan.