Mohon tunggu...
Frans Leonardi
Frans Leonardi Mohon Tunggu... Freelace Writer

Sebagai seorang introvert, Saya menemukan kekuatan dan kreativitas dalam ketenangan. Menyukai waktu sendirian untuk merenung dan mengeksplorasi ide-ide baru, ia merasa nyaman di balik layar ketimbang di sorotan publik. seorang amatir penulis yang mau menyampaikan pesannya dengan cara yang tenang namun , menjembatani jarak antara pikiran dan perasaan. Salam dari saya Frans Leonardi

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Pentingnya Mindfulness di Tengah Kesibukan Modern

6 Mei 2025   15:52 Diperbarui: 6 Mei 2025   15:52 82
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi melakukan mindfulness.(iStockphoto/insta_photos)

Ada satu hal yang sangat jarang kita sadari saat bangun tidur  kita langsung diseret oleh arus kesibukan bahkan sebelum benar-benar membuka mata. Jari otomatis mencari ponsel, pikiran langsung memikirkan agenda hari itu, dan tubuh digerakkan bukan karena sadar, tapi karena diburu oleh waktu. Dunia modern telah menjadikan kita mesin selalu bergerak, jarang hadir. Dalam pusaran seperti ini, mindfulness bukan cuma jadi penting. Ia adalah bentuk perlawanan paling halus terhadap cara hidup yang makin menjauhkan kita dari kemanusiaan kita sendiri.

Ketika Sibuk Menjadi Identitas, Bukan Sekadar Aktivitas

Ada perubahan mendasar dalam cara manusia modern membangun identitasnya. Dulu, orang diakui karena kontribusinya, nilainya, atau karakternya. Sekarang, seseorang dihormati karena betapa sibuknya dia. Kesibukan bukan lagi sekadar aktivitas, tapi identitas yang dipamerkan. Di media sosial, kita memamerkan betapa padatnya jadwal, betapa sedikitnya waktu istirahat, seolah-olah kelelahan adalah bentuk validasi diri. Padahal, tidak semua kesibukan menghasilkan makna.

Yang tragis, di balik kebanggaan akan kesibukan itu, tersembunyi rasa hampa yang terus menganga. Kesehatan mental terganggu, relasi memburuk, bahkan makna hidup menjadi kabur. Data dari WHO menyebutkan bahwa angka gangguan kecemasan dan depresi global meningkat tajam pasca-2020. Dunia modern mungkin memberikan banyak pilihan, tapi juga menghadirkan tekanan yang tak kalah besar. Kita jadi kehilangan kebahagiaan bukan karena tidak punya, tapi karena terlalu sibuk untuk menyadarinya.

Mindfulness sebagai Perlawanan Budaya, Bukan Sekadar Teknik Relaksasi

Di tengah dominasi budaya produktivitas dan kecepatan, mindfulness sering direduksi menjadi sekadar teknik bernapas atau meditasi lima menit. Tapi jika ditarik ke akar yang lebih dalam, praktik ini adalah bentuk perlawanan terhadap sistem yang melatih kita untuk abai terhadap hidup itu sendiri.

Mindfulness bukan tentang melarikan diri dari dunia yang sibuk. Justru sebaliknya, ini adalah cara untuk hadir sepenuhnya di dalamnya tanpa terseret oleh distraksi konstan. Dalam konteks sosial, ini sangat subversif karena ia menolak budaya buru-buru, menolak autopilot, dan menolak logika bahwa hidup hanya sah kalau terus bergerak.

Psikolog Jon Kabat-Zinn, pelopor mindfulness modern, menjelaskan bahwa latihan ini bukan hanya soal "tenang", tapi soal mengamati dengan jujur apa yang sedang terjadi---baik itu rasa senang, cemas, marah, atau sedih. Ini artinya, kamu bukan hanya menjadi saksi hidupmu, tapi juga peserta yang sadar. Sebuah riset dari Harvard University bahkan menyebutkan bahwa otak yang dilatih mindfulness menunjukkan peningkatan aktivitas di area yang mengatur empati, keputusan, dan pemrosesan emosi.

Apa yang Terjadi Saat Kita Tidak Lagi Menyimak Hidup?

Salah satu konsekuensi terbesar dari hidup serba cepat adalah hilangnya kemampuan untuk hadir penuh. Kita berpindah dari satu hal ke hal lain dengan cepat, tapi jarang benar-benar menyimak. Kita dengar, tapi tidak mendengarkan. Kita melihat, tapi tidak benar-benar memperhatikan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun