Mohon tunggu...
Frans Leonardi
Frans Leonardi Mohon Tunggu... Freelace Writer

Sebagai seorang introvert, Saya menemukan kekuatan dan kreativitas dalam ketenangan. Menyukai waktu sendirian untuk merenung dan mengeksplorasi ide-ide baru, ia merasa nyaman di balik layar ketimbang di sorotan publik. seorang amatir penulis yang mau menyampaikan pesannya dengan cara yang tenang namun , menjembatani jarak antara pikiran dan perasaan. Salam dari saya Frans Leonardi

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Perdebatan Emas Fisik vs Emas Digital, Pilih yang Mana?

26 April 2025   10:34 Diperbarui: 26 April 2025   10:34 167
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi emas perhiasan (ANTARA FOTO/Khalis Surry)

Kita tumbuh dengan satu keyakinan turun-temurun emas itu aman, emas itu pasti, dan emas itu warisan. Mungkin sebagian dari kamu masih ingat bagaimana orang tua menyimpan logam mulia ini seperti menyimpan masa depan. Tapi zaman berubah cepat. Hari ini, nilai emas sudah tidak lagi hanya ditentukan oleh beratnya, tapi oleh kode digital yang kamu lihat di layar ponselmu. Dunia di mana emas fisik dan emas digital saling menantang bukan cuma urusan format, tapi soal bagaimana kita memahami nilai, kontrol, dan identitas sebagai manusia modern.

Saat sebagian orang menganggap emas digital sebagai kemajuan, sebagian lain justru merasa itu ilusi. Padahal, konflik antara dua bentuk emas ini lebih dalam dari sekadar preferensi. Ia mencerminkan bagaimana cara kita merespons perubahan besar dalam tatanan ekonomi dan keuangan dunia. Dan ya, kamu sedang hidup di tengah transisinya.

Emas Sebagai Representasi Psikologis

Kamu mungkin tidak sadar, tapi keputusanmu untuk memilih emas fisik atau emas digital sangat dipengaruhi oleh persepsi emosional, bukan hanya logika. Di sinilah muncul paradoks yang jarang dibahas orang memilih emas bukan hanya karena nilainya stabil, tapi karena emas membuat mereka merasa aman bahkan ketika bentuk keamanannya berubah.

Emas fisik bisa disentuh, dilihat, bahkan diwariskan. Dalam budaya kita, emas masih jadi simbol status, cinta, dan kestabilan rumah tangga. Tapi secara psikologis, emas fisik juga membawa beban seperti rasa takut hilang, pencurian, dan lain sebagainya

Berbanding terbalik, emas digital memberikan kemudahan. Tapi apakah kemudahan itu cukup untuk membangun rasa percaya? Sebagian besar orang masih ragu karena emas digital bersandar pada sistem yang mereka tidak pahami sepenuhnya. Blockchain, kustodian, bahkan istilah gram fraksional semua terdengar asing. Ini bukan sekadar soal teknologi, tapi tentang seberapa jauh seseorang bersedia mempercayakan diri pada sesuatu yang tak terlihat.

Ketika kepercayaan tidak cukup dijelaskan, emas digital akan terus dianggap sekadar data, bukan kekayaan. Padahal kenyataannya, nilai emas digital sama nyatanya dengan angka di rekening bank kamu bernilai  dan sistem menjaminnya.

Kesenjangan Teknologi dan Akses

Kalau kamu tinggal di kota besar, berinvestasi emas digital bisa jadi terasa mudah. Aplikasi tersedia, jaringan internet lancar, dan literasi finansial berkembang. Tapi bagaimana dengan mereka yang tinggal di pelosok, di mana sinyal tidak selalu stabil dan budaya menabung masih mengandalkan celengan?

Di sinilah muncul persoalan dimana emas digital bisa menciptakan kesenjangan baru kalau tidak diiringi dengan edukasi dan infrastruktur yang adil. Meski secara teori emas digital membuka akses investasi dari nominal kecil, kenyataannya banyak masyarakat belum memahami cara kerjanya. Mereka bisa jadi korban manipulasi platform tidak resmi, atau lebih buruk lagi kehilangan uang karena tak paham risiko digital.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun