Bayangkan kamu berada di tengah keramaian, di sebuah bukit bernama Golgota. Udara penuh dengan kecemasan, suara tangis bercampur sorak penghinaan, dan di tengah semuanya itu, seorang pria tergantung di kayu salib, tubuh-Nya berlumuran darah. Dan di saat terakhir-Nya, Ia mengangkat kepala dan mengucapkan kata-kata yang mengejutkan siapa pun yang mendengarnya: "Sudah selesai."
Kalimat ini tampak sederhana. Namun di balik dua kata itu, tersimpan kekuatan dan kedalaman makna yang telah mengubah sejarah dunia. Ungkapan ini bukan sekadar penutup dari penderitaan Yesus di kayu salib, melainkan sebuah deklarasi kemenangan. Kalimat ini adalah titik balik antara kehancuran dan pemulihan, antara dosa dan pengampunan, antara kematian dan kehidupan.
Sudah Selesai Bukan Pernyataan Kalah, Tapi Deklarasi Menang
Di dunia yang sering menilai keberhasilan dari tampilan luar, mudah sekali menganggap peristiwa penyaliban Yesus sebagai tragedi atau kegagalan. Tapi jika kamu menelaah dari konteks yang lebih luas, kalimat "Sudah selesai" justru menjadi puncak kemenangan dari seluruh misi Yesus di dunia.
Yesus tidak mati sebagai korban yang pasrah terhadap kekuasaan Romawi atau agama yang korup. Ia memilih salib. Ia tahu jalan penderitaan itu harus dilalui demi menyelesaikan satu tugas besar menebus dosa umat manusia.
Ketika Yesus berkata "Sudah selesai" dalam bahasa Yunani, Ia menggunakan kata Tetelestai. Kata ini sangat spesifik. Dalam dunia perdagangan kuno, tetelestai dicap pada kuitansi untuk menandakan bahwa utang telah lunas dibayar. Artinya, Yesus tidak hanya mengatakan bahwa penderitaan-Nya telah usai, tetapi bahwa hutang dosa manusia sudah dibayar tuntas, sekali untuk selamanya.
Dan yang luar biasa adalah, Ia menyelesaikannya dalam kondisi sadar, dalam kendali penuh, tanpa menyisakan keraguan bahwa ini adalah keputusan-Nya, bukan sekadar takdir pahit. Dalam pengertian ini, "Sudah selesai" menjadi semacam deklarasi penggenapan ilahi. Selesai bukan berarti tamat tetapi genap, utuh, dan sempurna.
Dimensi Historis dan Teologis yang Jarang Dibahas
Banyak orang berpikir bahwa penyaliban Yesus adalah akhir cerita. Namun, jika kamu membaca Alkitab dan dokumen sejarah secara menyeluruh, kamu akan melihat bahwa peristiwa ini justru mengikat seluruh kisah umat manusia dari masa lampau hingga masa kini.
Sejak kitab Kejadian, manusia telah jatuh dalam dosa dan relasi dengan Tuhan menjadi retak. Sistem korban di zaman Musa hanyalah simbol sementara dari penebusan. Semua itu menunjuk pada satu momen puncak: pengorbanan yang sempurna di kayu salib. Perjanjian Lama dipenuhi dengan nubuat tentang Mesias yang akan menderita, dan Yesus menggenapi semuanya dengan presisi yang mengagumkan.