Kita tumbuh dengan cerita-cerita pahlawan. Dari kecil, kamu mungkin diajak percaya kalau menyelamatkan dunia adalah tugas makhluk luar biasa: punya kekuatan super, bisa terbang, atau setidaknya punya teknologi canggih seperti di film-film.Â
Tetapi kenyataannya, bumi ini nggak butuh orang yang bisa menyelamatkan kota dari meteor. Yang bumi butuhkan sekarang justru orang-orang biasa, yang mau ambil tindakan sederhana tapi konsisten. Salah satunya adalah: mengomposkan sampah organik.
Kedengarannya memang sepele. Tapi coba berhenti sebentar dan pikirkan. Apa yang sebenarnya membuat bumi kita semakin rusak? Apakah hanya karena pabrik-pabrik besar? Atau karena pemerintah kurang tegas?Â
Memang betul, ada banyak faktor. Tapi satu hal yang sering luput dari perhatian adalah gaya hidup sehari-hari kita sendiri yang terlalu mudah membuang, terlalu cepat melupakan, dan jarang berpikir soal dampaknya ke lingkungan.
Dan dari sinilah semuanya bisa dimulai. Dari dapur rumah kamu. Dari sisa makanan yang selama ini kamu anggap "sampah".
Bumi Sedang Sakit dan Kita Sering Kali Diam-Diam Menyumbang Masalah
Sampah bukan cuma masalah fisik. Ia menyimpan cerita panjang soal bagaimana kita mengonsumsi, memperlakukan alam, dan memandang kehidupan sehari-hari.Â
Sedangkan di Indonesia, tiap orang rata-rata menghasilkan 0,7 kg sampah per hari. Kalau dikalikan dengan lebih dari 275 juta penduduk, angka itu jadi menakutkan.
Yang lebih mengkhawatirkan adalah kenyataan bahwa lebih dari 50-60 persen sampah di Indonesia adalah sampah organik, terutama dari sisa makanan.Â
Sayangnya, alih-alih dimanfaatkan kembali, sampah-sampah ini menumpuk di tempat pembuangan akhir, membusuk tanpa kendali, dan menghasilkan gas metana gas rumah kaca yang jauh lebih berbahaya dari karbon dioksida.