Mohon tunggu...
Frans Leonardi
Frans Leonardi Mohon Tunggu... Freelace Writer

Sebagai seorang introvert, Saya menemukan kekuatan dan kreativitas dalam ketenangan. Menyukai waktu sendirian untuk merenung dan mengeksplorasi ide-ide baru, ia merasa nyaman di balik layar ketimbang di sorotan publik. seorang amatir penulis yang mau menyampaikan pesannya dengan cara yang tenang namun , menjembatani jarak antara pikiran dan perasaan. Salam dari saya Frans Leonardi

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Menghadapi Homesick Setelah Lebaran Usai

7 April 2025   17:05 Diperbarui: 7 April 2025   13:10 99
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Homesick.Pixabay.com/PublicDomainPictures 

Lebaran selalu punya cara istimewa untuk menyatukan. Entah kamu perantau yang jarang pulang, atau sekadar tinggal beda kota dari orang tua, momen pulang kampung saat Idulfitri sering jadi penawar rindu paling mujarab. Tapi ketika waktu libur selesai dan kamu harus kembali ke rutinitas entah itu kerja, kuliah, atau sekadar hidup mandiri ada satu rasa yang perlahan datang dan menyesakkan: rindu rumah. Atau dalam istilah yang lebih umum, homesick.

Rasa ini bukan sekadar kangen ibu atau suasana rumah. Lebih dalam dari itu, homesick bisa memengaruhi emosi, semangat, bahkan performa kita dalam menjalani hari. Banyak yang menganggap remeh perasaan ini, padahal jika dibiarkan, homesick bisa membuat kita kehilangan arah, kehilangan motivasi, bahkan menarik diri dari lingkungan sosial.

Tapi tenang, artikel ini bukan cuma sekadar bahas "rasa rindu rumah" secara umum. Kita akan menggali lebih dalam soal apa itu homesick pasca-Lebaran, mengapa itu bisa muncul, dan bagaimana cara menghadapinya dengan cara yang realistis dan manusiawi. Bukan sekadar saran klise, tapi pendekatan yang bisa kamu terapkan dengan kesadaran penuh.

Mengapa Rasa Homesick Justru Sering Muncul Setelah Lebaran?

Momen Lebaran adalah masa yang penuh kehangatan. Bukan hanya soal makan ketupat dan opor ayam, tapi juga soal rasa diterima, rasa punya tempat, dan rasa kembali menjadi "anak" dari sebuah rumah. Ketika kita berada di rumah, kita kembali ke identitas terdalam kita: bagian dari keluarga. Tapi begitu kembali ke kota rantau, banyak yang merasa "kehilangan" dirinya sendiri.

Secara psikologis, homesick muncul karena adanya transisi emosional yang tiba-tiba. Ketika libur Lebaran usai, kamu langsung dipaksa kembali ke realitas yang sering kali jauh dari rasa nyaman. Apalagi kalau rutinitas itu terasa dingin, mekanis, dan tidak memberi ruang bagi sisi emosionalmu.

Faktanya, homesick bukan hanya dialami oleh anak kos atau mahasiswa baru. Banyak pekerja profesional, bahkan mereka yang sudah lama merantau, tetap bisa merasa homesick setelah pulang dari Lebaran. Ini karena yang dirindukan bukan cuma rumah secara fisik, tapi kondisi psikologis saat berada di rumah: dicintai, diperhatikan, dan merasa aman.

Rindu Itu Manusiawi, Tapi Harus Dikelola

Satu hal penting yang perlu kamu pahami: merasa homesick bukan berarti kamu lemah. Justru itu menandakan bahwa kamu punya keterikatan emosional yang sehat dengan rumah dan keluarga. Tapi seperti halnya rasa lain, homesick juga perlu diakui, diterima, dan dikelola.

Jangan buru-buru mengalihkan rasa rindu itu dengan sibuk bekerja atau berpura-pura kuat. Banyak orang yang justru jatuh ke pola hidup tidak sehat karena berusaha "lari" dari homesick. Padahal, homesick bisa jadi momen refleksi penting---untuk memahami apa yang sebenarnya membuatmu merasa kehilangan, dan bagaimana kamu bisa mengisi kembali ruang kosong itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun