Mohon tunggu...
Frans Leonardi
Frans Leonardi Mohon Tunggu... Freelace Writer

Sebagai seorang introvert, Saya menemukan kekuatan dan kreativitas dalam ketenangan. Menyukai waktu sendirian untuk merenung dan mengeksplorasi ide-ide baru, ia merasa nyaman di balik layar ketimbang di sorotan publik. seorang amatir penulis yang mau menyampaikan pesannya dengan cara yang tenang namun , menjembatani jarak antara pikiran dan perasaan. Salam dari saya Frans Leonardi

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Fenomena Berhutang Setelah Lebaran

2 April 2025   22:14 Diperbarui: 2 April 2025   22:14 318
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Utang.Pixabay.com/TechPhotoGal 

Lebaran selalu menjadi momen yang penuh suka cita. Suasana penuh kehangatan saat berkumpul dengan keluarga, menikmati hidangan khas, dan berbagi kebahagiaan dengan orang-orang terdekat seakan menjadi ritual tahunan yang paling dinanti-nantikan. Namun, di balik kemeriahan itu, ada satu fenomena yang tak kalah menarik untuk diperbincangkan: meningkatnya kebiasaan berhutang setelah Lebaran.

Kamu mungkin pernah melihat atau bahkan mengalami sendiri situasi ini. Seorang teman yang mengeluh kehabisan uang setelah Lebaran, tetangga yang tiba-tiba datang untuk meminjam uang, atau mungkin kamu sendiri yang merasa keuangan langsung anjlok usai hari raya. Masalah ini bukan sekadar kebetulan atau masalah individu semata, melainkan cerminan dari kebiasaan ekonomi yang sudah mengakar kuat di masyarakat.

Apa sebenarnya yang menyebabkan banyak orang terjebak dalam lingkaran utang setelah Lebaran? Apakah ini karena tuntutan sosial, kurangnya kesadaran finansial, atau justru ada faktor ekonomi yang lebih besar yang mempengaruhi? Tulisan ini akan membahas fenomena ini secara lebih mendalam, dari akar masalah hingga dampaknya bagi kehidupan masyarakat, serta bagaimana cara keluar dari jebakan ini agar Lebaran tidak lagi menjadi awal dari krisis keuangan pribadi.

Lebaran dan Pola Konsumsi yang Melejit

Lebaran bukan sekadar hari raya keagamaan. Di Indonesia, Lebaran telah menjadi bagian dari budaya konsumsi yang sangat masif. Setiap tahun, menjelang hari raya Idulfitri, aktivitas ekonomi melonjak tajam. Pusat perbelanjaan dipadati pembeli, e-commerce kebanjiran pesanan, dan jasa perjalanan serta penginapan mengalami lonjakan pemesanan yang signifikan.

Namun, yang menarik adalah bagaimana pola konsumsi ini tidak hanya terbatas pada mereka yang memiliki penghasilan cukup, tetapi juga terjadi pada kelompok masyarakat yang sebenarnya belum memiliki stabilitas keuangan yang baik. Banyak orang yang rela menghabiskan tabungan, bahkan berhutang, demi memenuhi "standar sosial" dalam perayaan Lebaran.

Sebagai contoh, ada keluarga yang merasa harus  memaksakan diri untuk menyediakan hidangan spesial dalam jumlah besar untuk para tamu yang datang, meskipun kondisi keuangan mereka tidak memungkinkan. Ada juga yang memaksakan diri untuk membeli pakaian baru atau memberikan THR dalam jumlah besar kepada sanak saudara, meskipun harus mengandalkan pinjaman untuk menutupinya.

Lebih dari sekadar kebutuhan, konsumsi di masa Lebaran sudah menjadi bagian dari gengsi sosial. Seseorang yang mudik tanpa membawa oleh-oleh atau yang tidak memberikan THR kepada keponakan mungkin akan dianggap "pelit" atau "tidak sukses". Inilah yang mendorong banyak orang untuk mengeluarkan uang lebih dari yang seharusnya, bahkan jika itu berarti harus berhutang.

Mengapa Banyak Orang Berhutang Setelah Lebaran?

Fenomena ini bukan hanya soal gaya hidup konsumtif semata. Ada banyak faktor lain yang menyebabkan seseorang akhirnya terjebak dalam utang setelah Lebaran.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun