Mohon tunggu...
Frans Leonardi
Frans Leonardi Mohon Tunggu... Freelace Writer

Sebagai seorang introvert, Saya menemukan kekuatan dan kreativitas dalam ketenangan. Menyukai waktu sendirian untuk merenung dan mengeksplorasi ide-ide baru, ia merasa nyaman di balik layar ketimbang di sorotan publik. seorang amatir penulis yang mau menyampaikan pesannya dengan cara yang tenang namun , menjembatani jarak antara pikiran dan perasaan. Salam dari saya Frans Leonardi

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Medan Tidak Pernah Siap Menyambut Pemudik, Macet Jadi Pemandagan Lumrah

22 Maret 2025   08:35 Diperbarui: 21 Maret 2025   22:07 242
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Suasana arus lalu lintas di Jalan Gajah Mada, Kota Medan .(KOMPAS.com/GOKLAS WISELY )

Mudik sudah menjadi bagian dari budaya masyarakat Indonesia, termasuk warga Medan yang ingin kembali ke kampung halaman untuk berkumpul bersama keluarga saat Lebaran. Namun, ada satu kenyataan yang tak bisa dihindari: Medan tidak pernah siap menghadapi lonjakan pemudik. Setiap tahun, jalanan kota ini selalu dipadati kendaraan, menampilkan pemandangan macet yang seolah sudah menjadi tradisi.

Meski berbagai upaya telah dilakukan untuk mengatasi kemacetan, hasilnya masih jauh dari harapan. Seakan-akan setiap kali musim mudik tiba, kota ini seperti kembali terjebak dalam siklus yang sama jalan-jalan utama padat merayap, kendaraan saling berebut ruang, dan masyarakat terjebak dalam antrean panjang. Lantas, mengapa Medan selalu kewalahan saat menyambut pemudik? Apakah kemacetan ini memang tak bisa dihindari?

Fenomena Kemacetan di Medan Saat Mudik

Setiap menjelang Lebaran, kota Medan menjadi titik simpul dari arus mudik yang datang dari berbagai daerah. Para pemudik yang datang dari luar kota, terutama dari Jakarta, Bandung, dan kota-kota lainnya di Pulau Jawa, membawa serta kendaraan pribadi mereka. Hal ini memperburuk kondisi lalu lintas yang memang sudah padat bahkan di hari-hari biasa.

Medan memiliki posisi strategis sebagai ibu kota Provinsi Sumatera Utara, sekaligus sebagai pusat ekonomi dan perdagangan di wilayah barat Indonesia. Dengan jumlah penduduk yang besar dan aktivitas ekonomi yang tinggi, jalanan Medan sebetulnya sudah cukup padat sepanjang tahun. Namun, saat musim mudik, kapasitas jalan benar-benar dipadati hingga batas maksimalnya.

Salah satu penyebab utama dari kemacetan ini adalah ketidakseimbangan antara pertumbuhan kendaraan dan infrastruktur jalan. Setiap tahun, jumlah kendaraan terus bertambah, baik mobil pribadi maupun kendaraan umum seperti bus dan angkutan barang. Sayangnya, lebar jalan dan jumlah jalur yang tersedia tidak mengalami perkembangan yang sebanding. Akibatnya, setiap kali arus mudik terjadi, jalanan Medan seolah lumpuh dalam kemacetan yang tak terhindarkan.

Medan dan Infrastruktur yang Selalu Tertinggal 

Sebenarnya, pemerintah sudah melakukan berbagai upaya untuk memperbaiki kondisi lalu lintas di Medan. Beberapa proyek pelebaran jalan dan pembangunan flyover, jalan underpass telah dibuat untuk mengurangi simpul-simpul kemacetan di titik-titik tertentu. Namun, masalah utama bukan hanya soal jumlah jalan, tetapi juga perencanaan yang kurang matang.

Banyak jalan di Medan yang tidak memiliki sistem drainase yang baik, sehingga saat hujan turun, genangan air dan banjir kerap muncul di berbagai titik. Ini memperlambat arus lalu lintas, menambah kemacetan, dan membuat perjalanan semakin sulit. Selain itu, persimpangan jalan yang tidak tertata dengan baik sering kali menjadi penyebab kemacetan karena kendaraan dari berbagai arah harus saling berebut ruang untuk melintas.

Jalur tol yang menghubungkan Medan dengan daerah lain di Sumatera juga masih belum cukup efektif untuk mengatasi lonjakan kendaraan saat mudik. Gerbang tol kerap menjadi bottleneck yang memperlambat arus kendaraan, terutama saat banyak pengendara yang belum familiar dengan sistem pembayaran elektronik, sehingga menyebabkan antrean panjang di pintu tol.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun