Mohon tunggu...
Frans Leonardi
Frans Leonardi Mohon Tunggu... Freelace Writer

Sebagai seorang introvert, Saya menemukan kekuatan dan kreativitas dalam ketenangan. Menyukai waktu sendirian untuk merenung dan mengeksplorasi ide-ide baru, ia merasa nyaman di balik layar ketimbang di sorotan publik. seorang amatir penulis yang mau menyampaikan pesannya dengan cara yang tenang namun , menjembatani jarak antara pikiran dan perasaan. Salam dari saya Frans Leonardi

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Mudik Hijau untuk Kurangi Jejak Karbon Bagaimana Caranya?

21 Maret 2025   09:46 Diperbarui: 21 Maret 2025   10:07 240
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi mudik Lebaran(Shutterstock/ Creativa Images)

Mudik telah menjadi bagian dari budaya masyarakat Indonesia yang sudah menjadi tradisi turun temurun, terutama saat momen Lebaran dan hari raya besar lainnya. Jutaan orang berbondong-bondong pulang ke kampung halaman untuk berkumpul bersama keluarga. Namun, di balik euforia perjalanan ini, ada dampak lingkungan yang kerap terabaikan. Polusi udara, kemacetan panjang, konsumsi bahan bakar fosil yang berlebihan, hingga peningkatan volume sampah menjadi masalah serius yang terus berulang setiap tahunnya.

Di tengah meningkatnya kesadaran global terhadap krisis iklim, konsep mudik hijau mulai menjadi sorotan. Mudik hijau bukan hanya sekadar perjalanan pulang kampung biasa, tetapi sebuah upaya nyata untuk menekan jejak karbon dan mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan. Lalu, bagaimana sebenarnya konsep ini dapat diterapkan? Apa saja langkah-langkah konkret yang bisa dilakukan agar mudik tetap nyaman tanpa merusak ekosistem?

Krisis Lingkungan Akibat Mudik Massal

Setiap tahunnya, sekitar puluhan juta orang melakukan perjalanan mudik dalam waktu yang relatif bersamaan. Fenomena ini menyebabkan lonjakan penggunaan transportasi yang berkontribusi besar terhadap emisi karbon. Menurut data Kementerian Perhubungan, lebih dari 85 juta orang melakukan perjalanan mudik pada tahun 2023, dengan mayoritas menggunakan kendaraan pribadi dan moda transportasi berbahan bakar fosil.

Peningkatan jumlah kendaraan di jalan raya menyebabkan kemacetan panjang, yang pada akhirnya memperburuk polusi udara. Mesin kendaraan yang terus menyala dalam kondisi berhenti akibat kemacetan tetap membakar bahan bakar, menghasilkan gas buang yang mengandung karbon dioksida (CO), nitrogen oksida (NO), dan partikel halus (PM2.5). Gas-gas ini tidak hanya mempercepat pemanasan global, tetapi juga berdampak buruk terhadap kesehatan manusia, terutama bagi mereka yang memiliki penyakit pernapasan.

Selain itu, peningkatan konsumsi bahan bakar fosil saat mudik juga berdampak pada ketersediaan energi. Indonesia masih sangat bergantung pada bahan bakar fosil, yang merupakan sumber daya tak terbarukan. Ketergantungan ini tidak hanya mengancam ketahanan energi nasional, tetapi juga memperparah krisis iklim global akibat emisi gas rumah kaca yang semakin tinggi.

Tak hanya emisi, volume sampah selama musim mudik juga meningkat drastis. Dari bekas makanan, botol plastik, hingga sampah kemasan lainnya, sebagian besar berakhir di tempat pembuangan sampah tanpa proses daur ulang yang memadai. Akibatnya, pencemaran lingkungan pun semakin parah, terutama di rest area, terminal, stasiun, dan tempat-tempat perhentian lainnya.

Memahami Konsep Mudik Hijau

Mudik hijau adalah konsep perjalanan dengan cara mengurangi dampak dari polusi lingkungan, baik dari segi emisi karbon, penggunaan bahan bakar, hingga pengelolaan sampah. Mudik hijau tidak berarti melarang perjalanan pulang kampung, melainkan mengajak masyarakat untuk melakukan mudik dengan cara yang lebih ramah lingkungan.

Konsep ini mencakup beberapa aspek utama, seperti pemilihan moda transportasi yang lebih efisien, pengelolaan energi selama perjalanan, pengurangan konsumsi plastik sekali pakai, serta perilaku bertanggung jawab dalam mengelola sampah. Dengan menerapkan langkah-langkah sederhana, setiap individu bisa berkontribusi dalam menjaga keseimbangan lingkungan dan tetap melakukan tradisi mudik itu sendiri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun