Mohon tunggu...
Frans Leonardi
Frans Leonardi Mohon Tunggu... Freelace Writer

Sebagai seorang introvert, Saya menemukan kekuatan dan kreativitas dalam ketenangan. Menyukai waktu sendirian untuk merenung dan mengeksplorasi ide-ide baru, ia merasa nyaman di balik layar ketimbang di sorotan publik. seorang amatir penulis yang mau menyampaikan pesannya dengan cara yang tenang namun , menjembatani jarak antara pikiran dan perasaan. Salam dari saya Frans Leonardi

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Ekonomi Lesu dan Harga Barang Naik, Akankah Lebaran Terasa Suram?

19 Maret 2025   10:33 Diperbarui: 19 Maret 2025   19:32 284
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Mudik. ANTARA FOTO/Raisan Al Farisi/foc.(ANTARA FOTO/RAISAN AL FARISI)

Lebaran selalu menjadi momen istimewa yang dinanti oleh masyarakat Indonesia. Setelah satu bulan menjalankan ibadah puasa, hari kemenangan menjadi waktu untuk berkumpul dengan keluarga, berbagi kebahagiaan, dan menikmati hidangan khas yang hanya muncul setahun sekali. Namun, tahun ini, bayang-bayang krisis ekonomi semakin nyata. Harga kebutuhan pokok melonjak, daya beli masyarakat menurun, dan ketidakpastian ekonomi masih menghantui.

Pertanyaan besar pun muncul: apakah Lebaran tahun ini tetap meriah, atau justru terasa lebih suram akibat tekanan ekonomi yang semakin berat?

Kondisi Ekonomi yang Semakin Lesu

Dalam beberapa tahun terakhir, perekonomian global menghadapi tantangan besar akibat berbagai faktor, mulai dari dampak pandemi yang berkepanjangan, konflik geopolitik yang mengganggu rantai pasok dunia, hingga fluktuasi nilai tukar yang berimbas pada kestabilan harga di dalam negeri. Indonesia tidak luput dari dampak tersebut.

Data terbaru menunjukkan bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia masih bergerak lambat. Inflasi tetap tinggi, sementara pendapatan masyarakat tidak mengalami kenaikan yang signifikan. Akibatnya, daya beli semakin melemah. Jika beberapa tahun lalu masyarakat bisa dengan leluasa membeli kebutuhan Lebaran, kini mereka harus berpikir ulang sebelum mengeluarkan uang untuk belanja.

Salah satu sektor yang paling terdampak adalah industri ritel. Sejumlah pedagang mengeluhkan penurunan jumlah pelanggan, bahkan di pasar tradisional yang biasanya ramai menjelang Lebaran. Masyarakat kini lebih selektif dalam berbelanja, lebih mengutamakan kebutuhan primer dibanding barang sekunder seperti pakaian baru atau perlengkapan rumah tangga.

Selain itu, kebijakan moneter yang lebih ketat juga berdampak pada masyarakat kelas menengah ke bawah. 

Suku bunga yang tinggi membuat kredit lebih mahal, sehingga semakin sedikit orang yang berani berutang untuk konsumsi. Ini berimbas pada lambatnya perputaran uang di pasar, yang pada akhirnya membuat perekonomian semakin lesu.

Lonjakan Harga Barang yang Tidak Terkendali

Kenaikan harga barang menjelang Lebaran memang bukan hal baru. Namun, tahun ini, lonjakan harga terasa lebih menyakitkan. Beras, minyak goreng, daging, telur, hingga bumbu dapur mengalami kenaikan signifikan. Bahkan, beberapa komoditas seperti cabai dan bawang merah mencapai harga tertinggi dalam beberapa tahun terakhir.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun