Mohon tunggu...
Frans Leonardi
Frans Leonardi Mohon Tunggu... Freelace Writer

Sebagai seorang introvert, Saya menemukan kekuatan dan kreativitas dalam ketenangan. Menyukai waktu sendirian untuk merenung dan mengeksplorasi ide-ide baru, ia merasa nyaman di balik layar ketimbang di sorotan publik. seorang amatir penulis yang mau menyampaikan pesannya dengan cara yang tenang namun , menjembatani jarak antara pikiran dan perasaan. Salam dari saya Frans Leonardi

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Lemah! Pemerintah Takut Terhadap Ormas?

19 Maret 2025   07:00 Diperbarui: 18 Maret 2025   22:50 198
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi preman(Wikimedia Commons/S6geschichte)

Pemerintah seharusnya menjadi pilar utama dalam menegakkan hukum dan menjaga ketertiban masyarakat. Namun, ketika berhadapan dengan organisasi kemasyarakatan (ormas) yang melanggar aturan, pemerintah justru sering kali terlihat gamang, bahkan cenderung permisif. Fenomena ini bukan hanya sekadar anomali dalam tata kelola pemerintahan, melainkan juga sebuah ancaman serius bagi stabilitas sosial, politik, dan hukum di Indonesia.

Di berbagai negara, ormas berfungsi sebagai wadah aspirasi masyarakat, perpanjangan tangan demokrasi, serta mitra pemerintah dalam membangun bangsa. Namun, di Indonesia, ada beberapa ormas yang beroperasi di luar batas kewajaran, mengabaikan hukum, bahkan terkadang berkonflik dengan kepentingan nasional. Alih-alih menindak tegas, pemerintah justru sering bersikap lunak, seolah kehilangan otoritasnya di hadapan kelompok-kelompok tertentu. Lantas, mengapa fenomena ini terjadi? Apakah ini sekadar ketidaktegasan atau ada faktor lain yang lebih kompleks?

Antara Kekhawatiran dan Kepentingan

Dalam banyak kasus, lemahnya pemerintah terhadap ormas bukanlah sekadar akibat ketidaktegasan semata. Ada dinamika politik, sosial, dan bahkan ekonomi yang ikut mempengaruhi. Beberapa faktor utama yang menjadi penyebab lemahnya sikap pemerintah antara lain:

Pertama, keterkaitan politik yang begitu erat antara ormas dan elite kekuasaan. Beberapa ormas memiliki jaringan yang luas, bahkan terafiliasi dengan partai politik atau figur tertentu. Dalam situasi seperti ini, pemerintah cenderung bersikap lunak demi menjaga dukungan politik, terutama menjelang kontestasi elektoral. Tidak jarang ormas digunakan sebagai alat mobilisasi massa dalam pemilu atau kepentingan politik lainnya, yang membuat pemerintah enggan untuk mengambil tindakan tegas.

Kedua, ada faktor ketakutan akan ketidakstabilan sosial. Pemerintah sering kali khawatir bahwa tindakan keras terhadap ormas tertentu dapat memicu reaksi balik yang lebih besar, seperti demonstrasi, aksi kekerasan, atau bahkan kerusuhan. Dalam kondisi sosial yang sensitif, kebijakan yang diambil pemerintah harus penuh perhitungan. Namun, dalam beberapa kasus, perhitungan ini justru berujung pada kompromi yang merugikan wibawa negara.

Ketiga, lemahnya regulasi dan implementasi hukum. Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2017 tentang Organisasi Kemasyarakatan sebenarnya memberikan dasar hukum yang cukup kuat bagi pemerintah untuk menindak ormas yang bertindak di luar batas. Namun, implementasi di lapangan sering kali tidak efektif. Beberapa ormas tetap dapat beroperasi meskipun jelas-jelas telah melanggar aturan, baik dalam bentuk ujaran kebencian, kekerasan, maupun tindakan yang bertentangan dengan nilai-nilai demokrasi dan Pancasila.

Dampak bagi Stabilitas Negara

Lemahnya sikap pemerintah terhadap ormas memiliki dampak yang jauh lebih luas daripada sekadar ketidakpatuhan hukum. Dalam jangka panjang, hal ini bisa menggerogoti sendi-sendi negara dan menciptakan preseden buruk dalam tata kelola pemerintahan.

Salah satu dampak paling nyata adalah hilangnya kepercayaan publik terhadap otoritas negara. Ketika masyarakat melihat ada kelompok tertentu yang bisa bertindak di luar hukum tanpa konsekuensi, mereka mulai meragukan integritas pemerintah dalam menegakkan aturan. Rasa ketidakadilan ini bisa menimbulkan ketidakpuasan sosial yang berujung pada instabilitas politik dan sosial.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun