Mohon tunggu...
Frans Leonardi
Frans Leonardi Mohon Tunggu... Freelace Writer

Sebagai seorang introvert, Saya menemukan kekuatan dan kreativitas dalam ketenangan. Menyukai waktu sendirian untuk merenung dan mengeksplorasi ide-ide baru, ia merasa nyaman di balik layar ketimbang di sorotan publik. seorang amatir penulis yang mau menyampaikan pesannya dengan cara yang tenang namun , menjembatani jarak antara pikiran dan perasaan. Salam dari saya Frans Leonardi

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Membangun Desa Pintar Melalui Inovasi Teknologi @KompasianaDESA

6 Maret 2025   14:54 Diperbarui: 6 Maret 2025   14:54 67
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Warga Desa Sidomulyo, Kabupaten Jember mulai memakai aplikasi MallDesa (Kompas.com/Bagus Supriadi)

Di tengah derasnya arus modernisasi dan digitalisasi, desa sering kali dianggap sebagai entitas yang tertinggal dari hiruk-pikuk perkembangan zaman. Namun, anggapan ini tidak sepenuhnya benar. Kenyataannya, desa memiliki potensi besar untuk berkembang, bahkan menjadi pusat inovasi yang mampu berkontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi dan sosial secara berkelanjutan.

Teknologi yang dahulu dianggap hanya milik kota besar, kini mulai merambah ke desa-desa, mengubah cara masyarakat berinteraksi, bekerja, dan mengelola sumber daya mereka. Konsep desa pintar (smart village) menjadi paradigma baru dalam pembangunan desa yang berorientasi pada pemanfaatan teknologi digital untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat.

Namun, membangun desa pintar bukanlah sekadar memasang jaringan internet atau menyediakan komputer di balai desa. Lebih dari itu, desa pintar adalah upaya menyeluruh dalam mengintegrasikan teknologi dengan kearifan lokal, menciptakan sistem yang tidak hanya canggih tetapi juga sesuai dengan kebutuhan dan karakteristik masyarakat desa. Dengan kata lain, desa pintar adalah tentang bagaimana teknologi dapat menjadi alat untuk memberdayakan, bukan sekadar menggantikan, kehidupan tradisional yang telah lama ada.

Mengapa Desa Pintar Menjadi Kebutuhan di Era Digital?

Perubahan global yang terjadi saat ini mendorong desa untuk beradaptasi agar tidak tertinggal dari perkembangan zaman. Jika dahulu desa identik dengan ketertinggalan dalam hal akses informasi, kini desa memiliki kesempatan yang sama untuk tumbuh melalui pemanfaatan teknologi.

Kesenjangan digital yang masih terjadi antara desa dan kota merupakan salah satu tantangan terbesar dalam pembangunan nasional. Berdasarkan data yang dirilis oleh Badan Pusat Statistik (BPS), lebih dari 12.000 desa di Indonesia masih mengalami keterbatasan akses internet yang memadai. Hal ini menjadi hambatan serius dalam upaya meningkatkan taraf hidup masyarakat desa.

Selain itu, desa juga dihadapkan pada berbagai permasalahan mendasar seperti rendahnya akses terhadap layanan kesehatan, terbatasnya kualitas pendidikan, kurangnya kesempatan kerja, serta keterbatasan dalam mengelola sumber daya alam secara efektif. Semua permasalahan ini dapat diatasi dengan pendekatan teknologi yang tepat.

Sebagai contoh, di beberapa negara seperti India dan Estonia, penerapan teknologi dalam sistem administrasi desa telah mampu meningkatkan efisiensi layanan publik secara signifikan. Pemerintahan desa tidak lagi terjebak dalam birokrasi yang lambat, tetapi mampu memberikan pelayanan yang lebih cepat, transparan, dan mudah diakses oleh masyarakat.

Di sektor ekonomi, digitalisasi memungkinkan para pelaku usaha kecil di desa untuk memasarkan produk mereka ke pasar yang lebih luas melalui platform e-commerce. Hal ini menjadi peluang besar bagi petani, pengrajin, dan UMKM lokal untuk meningkatkan kesejahteraan mereka tanpa harus bergantung sepenuhnya pada perantara atau tengkulak.

Dengan demikian, membangun desa pintar bukan sekadar upaya untuk mengikuti tren teknologi, tetapi merupakan kebutuhan mendesak yang dapat membawa perubahan nyata dalam kehidupan masyarakat desa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun