Mohon tunggu...
Frans Leonardi
Frans Leonardi Mohon Tunggu... Freelace Writer

Sebagai seorang introvert, Saya menemukan kekuatan dan kreativitas dalam ketenangan. Menyukai waktu sendirian untuk merenung dan mengeksplorasi ide-ide baru, ia merasa nyaman di balik layar ketimbang di sorotan publik. seorang amatir penulis yang mau menyampaikan pesannya dengan cara yang tenang namun , menjembatani jarak antara pikiran dan perasaan. Salam dari saya Frans Leonardi

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Di Era Digital Sikap Empati Makin Tinggi atau Kian Luntur?

21 Februari 2025   14:24 Diperbarui: 21 Februari 2025   14:24 97
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Empati.Pixabay.com/MalvarrosaDesigns

Pernahkah kamu merasa lebih mudah berinteraksi dengan banyak orang di media sosial, tetapi pada saat yang sama justru merasa semakin terasing dalam kehidupan nyata? Fenomena ini semakin sering terjadi di era digital, di mana teknologi telah mengubah cara manusia berkomunikasi, memahami perasaan orang lain, dan bahkan membentuk hubungan sosial.

Empati, yang selama ini menjadi fondasi dalam interaksi sosial, seharusnya berkembang pesat dengan adanya kemajuan teknologi yang mempermudah manusia untuk saling berbagi cerita dan pengalaman. Namun, faktanya, tidak sedikit orang yang justru merasa bahwa sikap empati di tengah masyarakat semakin luntur. Internet yang awalnya diciptakan untuk mendekatkan manusia malah sering kali menjadi tempat lahirnya polarisasi, ujaran kebencian, dan sikap individualistis yang semakin kuat.

Pertanyaannya, apakah benar era digital membuat manusia semakin kehilangan empati? Atau justru sebaliknya, teknologi malah memfasilitasi peningkatan kepedulian sosial? Untuk memahami lebih jauh, kita perlu menggali berbagai faktor yang memengaruhi sikap empati di era digital serta dampak nyata yang telah terjadi di masyarakat.

Empati di Era Digital Meningkat atau Menurun?

Perubahan pola komunikasi akibat digitalisasi telah menciptakan dua pandangan berbeda mengenai empati. Sebagian percaya bahwa teknologi telah meningkatkan kesadaran sosial dan memperkuat ikatan emosional antara individu. Sementara itu, sebagian lain justru melihat bahwa era digital telah menjauhkan manusia dari rasa empati yang sesungguhnya.

Secara teori, empati adalah kemampuan seseorang untuk memahami dan merasakan emosi orang lain. Dalam dunia nyata, empati ini tercermin dalam berbagai tindakan, seperti memberikan bantuan kepada mereka yang membutuhkan, mendengarkan dengan penuh perhatian, atau sekadar menunjukkan kepedulian terhadap orang di sekitar. Namun, ketika interaksi sosial semakin banyak terjadi di dunia maya, pengalaman emosional ini mengalami perubahan signifikan.

Di satu sisi, teknologi memungkinkan orang untuk lebih mudah mengetahui kondisi sosial di berbagai belahan dunia. Banyak kampanye kemanusiaan yang berkembang karena dorongan empati warganet, seperti donasi online untuk korban bencana atau gerakan peduli terhadap kelompok marjinal. Internet dan media sosial telah menjadi alat ampuh dalam menyebarkan informasi tentang ketidakadilan sosial, menggerakkan aksi solidaritas, serta memperkuat rasa kebersamaan antarindividu.

Namun, di sisi lain, komunikasi digital yang serba instan dan minim interaksi fisik juga dapat mengurangi kualitas empati seseorang. Tanpa kontak langsung, ekspresi wajah, dan bahasa tubuh, banyak orang kehilangan nuansa emosional yang biasanya ditemukan dalam komunikasi tatap muka. Hal ini dapat membuat seseorang kurang memahami dampak emosional dari kata-kata atau tindakan mereka terhadap orang lain.

Faktor-Faktor yang Memengaruhi Empati di Era Digital

Perubahan dalam pola komunikasi bukan satu-satunya faktor yang menentukan apakah empati meningkat atau menurun di era digital. Ada beberapa faktor lain yang turut berperan dalam membentuk sikap empati manusia di era ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun