Mohon tunggu...
Frans Leonardi
Frans Leonardi Mohon Tunggu... Freelace Writer

Sebagai seorang introvert, Saya menemukan kekuatan dan kreativitas dalam ketenangan. Menyukai waktu sendirian untuk merenung dan mengeksplorasi ide-ide baru, ia merasa nyaman di balik layar ketimbang di sorotan publik. seorang amatir penulis yang mau menyampaikan pesannya dengan cara yang tenang namun , menjembatani jarak antara pikiran dan perasaan. Salam dari saya Frans Leonardi

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

SADARKAH, Seluruh Waktu Kita di Habiskan Untuk Scrolling di Media Sosial?

16 Februari 2025   15:31 Diperbarui: 16 Februari 2025   15:31 166
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi media sosial.(UNSPLASH/ADEM AY)

Bayangkan ini: kamu baru saja duduk santai setelah seharian bekerja atau belajar, lalu tanpa sadar tanganmu meraih ponsel dan mulai menggulir layar. Dari satu postingan ke postingan lain, video demi video, berita terbaru, hingga diskusi panjang di media sosial---waktu terasa berjalan begitu cepat. Lima menit yang kamu niatkan untuk sekadar melihat notifikasi tiba-tiba berubah menjadi satu jam atau lebih. Ketika akhirnya kamu sadar, hari sudah semakin larut dan pekerjaan lain yang lebih penting terbengkalai.

Fenomena ini bukan hanya terjadi padamu. Jutaan orang di seluruh dunia mengalami hal yang sama, tanpa mereka sadari bahwa mereka telah terperangkap dalam siklus scrolling yang tampaknya tak berujung. Ada yang menyebutnya sebagai bentuk hiburan modern, tetapi ada pula yang menganggapnya sebagai bentuk kecanduan digital yang perlu diwaspadai.

Namun, apakah scrolling benar-benar berbahaya? Mengapa kita begitu sulit untuk berhenti? Dan apakah ini murni karena teknologi, atau ada faktor psikologis lain yang bermain di baliknya?

Mengapa Kita Terjebak dalam Siklus Scrolling?

Scrolling bukan hanya sekadar kebiasaan. Ia adalah hasil dari interaksi kompleks antara teknologi, psikologi manusia, dan cara kita mengonsumsi informasi.

Media sosial, berita daring, hingga platform hiburan digital dirancang dengan algoritma canggih yang secara sengaja membuat penggunanya betah berlama-lama. Dalam dunia psikologi, ini dikenal sebagai "intermittent reinforcement" atau penguatan berselang, di mana kita tidak pernah tahu kapan kita akan menemukan sesuatu yang menarik. Sama seperti perjudian, setiap kali kita menggulir layar, ada kemungkinan kita akan menemukan sesuatu yang membuat kita tertawa, terkejut, atau bahkan merasa puas.

Selain itu, ada faktor dopamin, zat kimia dalam otak yang berperan dalam memberikan rasa senang. Setiap kali kita melihat konten yang menarik, dopamin dilepaskan, membuat kita merasa senang dan ingin terus melakukannya. Lama-kelamaan, otak terbiasa dengan pola ini dan mulai membentuk kebiasaan yang sulit dihentikan.

Yang lebih menarik, manusia memiliki dorongan alami untuk mencari informasi. Sejak zaman dahulu, bertahan hidup bergantung pada seberapa banyak informasi yang bisa kita dapatkan. Tetapi di era digital, informasi datang dalam jumlah yang berlebihan dan tanpa henti, membuat otak kita terus-menerus terdorong untuk mencari lebih banyak.

Scrolling Antara Hiburan dan Kecanduan Digital

Banyak orang berpikir bahwa scrolling hanyalah cara untuk menghibur diri atau mencari informasi. Namun, apa yang terjadi ketika aktivitas ini mulai menguasai sebagian besar waktu kita?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun