Bayangkan ini: kamu baru saja duduk santai setelah seharian bekerja atau belajar, lalu tanpa sadar tanganmu meraih ponsel dan mulai menggulir layar. Dari satu postingan ke postingan lain, video demi video, berita terbaru, hingga diskusi panjang di media sosial---waktu terasa berjalan begitu cepat. Lima menit yang kamu niatkan untuk sekadar melihat notifikasi tiba-tiba berubah menjadi satu jam atau lebih. Ketika akhirnya kamu sadar, hari sudah semakin larut dan pekerjaan lain yang lebih penting terbengkalai.
Fenomena ini bukan hanya terjadi padamu. Jutaan orang di seluruh dunia mengalami hal yang sama, tanpa mereka sadari bahwa mereka telah terperangkap dalam siklus scrolling yang tampaknya tak berujung. Ada yang menyebutnya sebagai bentuk hiburan modern, tetapi ada pula yang menganggapnya sebagai bentuk kecanduan digital yang perlu diwaspadai.
Namun, apakah scrolling benar-benar berbahaya? Mengapa kita begitu sulit untuk berhenti? Dan apakah ini murni karena teknologi, atau ada faktor psikologis lain yang bermain di baliknya?
Mengapa Kita Terjebak dalam Siklus Scrolling?
Scrolling bukan hanya sekadar kebiasaan. Ia adalah hasil dari interaksi kompleks antara teknologi, psikologi manusia, dan cara kita mengonsumsi informasi.
Media sosial, berita daring, hingga platform hiburan digital dirancang dengan algoritma canggih yang secara sengaja membuat penggunanya betah berlama-lama. Dalam dunia psikologi, ini dikenal sebagai "intermittent reinforcement" atau penguatan berselang, di mana kita tidak pernah tahu kapan kita akan menemukan sesuatu yang menarik. Sama seperti perjudian, setiap kali kita menggulir layar, ada kemungkinan kita akan menemukan sesuatu yang membuat kita tertawa, terkejut, atau bahkan merasa puas.
Selain itu, ada faktor dopamin, zat kimia dalam otak yang berperan dalam memberikan rasa senang. Setiap kali kita melihat konten yang menarik, dopamin dilepaskan, membuat kita merasa senang dan ingin terus melakukannya. Lama-kelamaan, otak terbiasa dengan pola ini dan mulai membentuk kebiasaan yang sulit dihentikan.
Yang lebih menarik, manusia memiliki dorongan alami untuk mencari informasi. Sejak zaman dahulu, bertahan hidup bergantung pada seberapa banyak informasi yang bisa kita dapatkan. Tetapi di era digital, informasi datang dalam jumlah yang berlebihan dan tanpa henti, membuat otak kita terus-menerus terdorong untuk mencari lebih banyak.
Scrolling Antara Hiburan dan Kecanduan Digital
Banyak orang berpikir bahwa scrolling hanyalah cara untuk menghibur diri atau mencari informasi. Namun, apa yang terjadi ketika aktivitas ini mulai menguasai sebagian besar waktu kita?