Hari Valentine selalu identik dengan pasangan yang berbagi bunga, cokelat, atau makan malam romantis di restoran mahal. Di media sosial, linimasa penuh dengan unggahan mesra, dari hadiah kejutan hingga momen kebersamaan yang membuat siapa pun yang masih sendiri merasa seolah-olah ada yang kurang dalam hidup mereka. Tidak jarang, mereka yang masih jomlo mulai bertanya-tanya, "Apakah aku tidak cukup berharga karena belum memiliki pasangan?"
Namun, jika kita menelisik lebih dalam, benarkah Valentine hanya tentang pasangan romantis? Apakah kasih sayang hanya bisa dirayakan dalam hubungan asmara? Jawabannya tentu saja tidak. Valentine, atau lebih luasnya perayaan kasih sayang, bukan sekadar ritual tahunan yang hanya dinikmati oleh mereka yang memiliki kekasih. Makna sejatinya jauh lebih dalam dan luas, melibatkan cinta dalam berbagai bentuk kepada keluarga, sahabat, bahkan diri sendiri.
Kasih Sayang Tidak Berarti Harus Punya Pasangan
Dalam budaya populer, cinta sering kali dikerdilkan hanya sebatas hubungan romantis antara dua insan. Film, lagu, hingga novel romansa membentuk pemikiran bahwa kebahagiaan sejati hanya bisa ditemukan dalam pasangan hidup. Padahal, sejarah dan realitas membuktikan bahwa cinta bukan monopoli pasangan saja.
Lihat saja kisah di balik Hari Valentine itu sendiri. Ada banyak versi mengenai asal-usulnya, tetapi salah satu yang paling terkenal adalah kisah Santo Valentinus, seorang imam yang menentang perintah Kaisar Romawi dan tetap menikahkan pasangan muda secara diam-diam. Namun, esensi yang lebih mendalam dari perayaan ini bukan hanya tentang cinta romantis, melainkan keberanian dan ketulusan dalam mencintai sesama.
Sejumlah budaya di dunia juga memiliki tradisi perayaan cinta yang lebih luas. Di Jepang, misalnya, ada "Hari Putih" (White Day) yang tidak hanya tentang pasangan, tetapi juga tentang memberi hadiah kepada teman dan keluarga. Sementara di Finlandia, perayaan serupa disebut "Ystvnpiv" atau "Hari Sahabat," yang memang lebih menekankan pada kasih sayang dalam pertemanan daripada hubungan romantis.
Jika budaya lain mampu merayakan cinta dalam berbagai aspek, mengapa kita masih terjebak dalam anggapan bahwa Valentine hanya untuk mereka yang berpasangan?
Merayakan Valentine Setiap Hari
Banyak orang merasa kesepian ketika Valentine tiba karena mereka menganggap tidak ada seseorang yang spesial di sisi mereka. Padahal, jika kita mau melihat lebih dekat, ada begitu banyak orang yang selalu ada dalam kehidupan kita keluarga, sahabat, dan bahkan diri sendiri.
Keluarga, misalnya, adalah bentuk cinta yang paling tulus dan tanpa syarat. Tidak ada orang yang akan mencintai dan menerima kita seutuhnya selain mereka. Momen Valentine bisa menjadi kesempatan untuk mengapresiasi kasih sayang orang tua yang telah membesarkan kita, saudara yang selalu ada di saat suka maupun duka, serta anggota keluarga lain yang menjadi bagian dari perjalanan hidup kita.