Bayangkan suatu hari yang penuh tekanan, pekerjaan menumpuk, dan kepala terasa berat. Kamu mencoba mencari sesuatu yang bisa mengangkat suasana hati. Tanpa berpikir panjang, tanganmu meraih sebatang coklat. Begitu gigitan pertama menyentuh lidah, ada perasaan nyaman yang perlahan menjalar ke seluruh tubuh. Seolah-olah beban yang tadi terasa begitu berat kini sedikit berkurang.
Banyak orang percaya bahwa coklat adalah "obat mujarab" untuk mengatasi stres dan memperbaiki mood. Namun, benarkah coklat memiliki kemampuan istimewa seperti itu? Apakah efeknya hanya sugesti, atau ada penjelasan ilmiah yang membuktikan bahwa coklat memang dapat membuat seseorang merasa lebih bahagia? Tulsan ini akan mengupas fakta di balik klaim tersebut, didukung oleh penelitian dan bukti ilmiah yang kredibel.
Mengapa Coklat Dikaitkan dengan Perbaikan Mood?
Coklat bukan sekadar makanan lezat. Di balik rasa manis dan teksturnya yang lembut, terdapat komposisi senyawa kimia yang memengaruhi sistem saraf dan emosi seseorang. Sejak zaman kuno, coklat telah digunakan sebagai minuman yang dipercaya memiliki manfaat bagi tubuh dan pikiran. Bangsa Aztec dan Maya, misalnya, menganggap coklat sebagai "makanan para dewa" yang bisa meningkatkan energi dan semangat.
Saat ini, ilmu pengetahuan telah menemukan bahwa coklat, terutama coklat hitam dengan kadar kakao tinggi, mengandung berbagai zat yang berkaitan langsung dengan suasana hati. Salah satu senyawa utama yang berperan adalah serotonin, yang dikenal sebagai hormon kebahagiaan. Selain itu, ada juga feniletilamina (PEA), teobromina, dan flavonoid, yang semuanya memiliki efek positif terhadap kondisi psikologis seseorang.
Namun, bagaimana cara kerja zat-zat tersebut dalam tubuh? Dan seberapa efektif coklat dalam meningkatkan mood seseorang?
Serotonin dan Peranannya dalam Suasana Hati
Salah satu alasan mengapa coklat sering dikaitkan dengan perbaikan mood adalah karena kemampuannya dalam meningkatkan produksi serotonin. Serotonin adalah neurotransmitter yang berperan dalam mengatur emosi, tidur, dan tingkat stres.
Ketika seseorang mengonsumsi coklat, tubuh mendapatkan asupan triptofan, yaitu asam amino yang berfungsi sebagai prekursor serotonin. Dengan meningkatnya kadar serotonin dalam otak, seseorang akan merasa lebih tenang, bahagia, dan kurang cemas.
Sebuah penelitian yang diterbitkan dalam Journal of Psychopharmacology menunjukkan bahwa konsumsi coklat hitam secara teratur dapat meningkatkan perasaan bahagia dan mengurangi stres. Dalam studi tersebut, peserta yang mengonsumsi 40 gram coklat hitam setiap hari selama dua minggu mengalami penurunan kadar hormon stres kortisol yang signifikan dibandingkan mereka yang tidak mengonsumsinya.