Pada setiap tanggal 14 Februari, dunia seolah dipenuhi oleh suasana penuh cinta dan romantisme. Toko-toko dihiasi dengan warna merah muda dan merah, hadiah berupa bunga dan cokelat laris manis, serta ribuan kartu ucapan bertuliskan kalimat manis berpindah tangan. Hari Valentine telah menjadi bagian dari budaya populer yang hampir tak terpisahkan dari konsep kasih sayang. Namun, seberapa banyak orang yang benar-benar memahami sejarah dan makna di balik perayaan ini?
Jika ditelusuri lebih dalam, sejarah Hari Valentine ternyata jauh lebih kompleks daripada sekadar momen bertukar hadiah atau mengungkapkan cinta. Akar dari perayaan ini melibatkan tokoh legendaris, kebijakan politik yang keras, serta campur tangan agama yang kemudian membentuk narasi panjang yang masih diperdebatkan hingga kini. Apakah Hari Valentine benar-benar tentang cinta, atau ada unsur politik dan agama yang melatarbelakanginya?
Santo Valentinus Legenda yang Tertutup Kabut Sejarah
Jika kamu mencoba mencari siapa sebenarnya Santo Valentinus, kamu akan menemukan bahwa sejarah mencatat lebih dari satu Valentinus. Nama ini cukup umum pada era Romawi, dan ada beberapa tokoh berbeda yang diyakini sebagai inspirasi di balik perayaan ini.
Salah satu yang paling terkenal adalah seorang imam katolik yang hidup pada masa pemerintahan Kaisar Claudius II Gothicus pada abad ke-3 Masehi. Saat itu, Kekaisaran Romawi berada dalam kondisi genting karena berbagai peperangan. Claudius II percaya bahwa tentara muda yang belum menikah akan lebih berani dan setia dalam pertempuran dibanding mereka yang sudah berkeluarga. Oleh karena itu, ia mengeluarkan dekrit yang melarang para pria muda untuk menikah.
Namun, Valentinus menolak tunduk pada aturan tersebut. Ia diam-diam menikahkan pasangan muda secara rahasia, karena baginya cinta adalah anugerah yang tidak boleh dibatasi oleh hukum manusia. Tindakan ini akhirnya diketahui oleh pihak berwenang, dan Valentinus pun ditangkap serta dijatuhi hukuman mati.
Namun, ada versi lain dari kisah ini yang menyebutkan bahwa Santo Valentinus bukan hanya seorang pendeta biasa, melainkan seorang penyembuh. Salah satu cerita menyebutkan bahwa sebelum dieksekusi, ia berhasil menyembuhkan seorang gadis buta diduga putri sipir penjara dan meninggalkan surat dengan tanda tangan "Dari Valentinus-mu". Inilah yang kemudian dianggap sebagai asal-usul kebiasaan menulis kartu ucapan pada Hari Valentine.
Tentu saja, kisah ini tetap berada dalam ranah legenda. Catatan sejarah yang ada sangat terbatas, sehingga sulit untuk memverifikasi apakah kisah-kisah ini benar-benar terjadi atau sekadar mitos yang berkembang dari mulut ke mulut.
Banyak sejarawan percaya bahwa Hari Valentine tidak sepenuhnya berasal dari kisah Santo Valentinus. Sebelum Kekristenan menyebar luas, masyarakat Romawi sudah memiliki sebuah perayaan bernama Lupercalia yang jatuh pada tanggal 13 hingga 15 Februari.