Mohon tunggu...
Frans Leonardi
Frans Leonardi Mohon Tunggu... Freelace Writer

Sebagai seorang introvert, Saya menemukan kekuatan dan kreativitas dalam ketenangan. Menyukai waktu sendirian untuk merenung dan mengeksplorasi ide-ide baru, ia merasa nyaman di balik layar ketimbang di sorotan publik. seorang amatir penulis yang mau menyampaikan pesannya dengan cara yang tenang namun , menjembatani jarak antara pikiran dan perasaan. Salam dari saya Frans Leonardi

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Pekerja Kantoran Lebih Berisiko Obesitas?

13 Februari 2025   16:07 Diperbarui: 13 Februari 2025   17:05 110
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi obesitas atau kelebihan berat bada.(Shutterstock/Fuss Sergey)

Bayangkan sebuah rutinitas harian yang dimulai dengan duduk di depan komputer, berpindah dari satu rapat ke rapat lainnya, lalu kembali ke meja kerja hingga jam pulang tiba. Setelah seharian bekerja, tubuh terasa lelah, tetapi bukan karena aktivitas fisik yang melelahkan, melainkan akibat duduk terlalu lama tanpa banyak bergerak. Di tengah kesibukan, makanan cepat saji dan camilan tinggi kalori sering kali menjadi pilihan praktis untuk mengganjal lapar.

Tanpa disadari, gaya hidup seperti ini telah menjadi pola umum bagi pekerja kantoran di berbagai belahan dunia, termasuk Indonesia. Fenomena ini membawa konsekuensi serius: peningkatan risiko obesitas. Sebuah studi yang diterbitkan dalam Journal of Occupational and Environmental Medicine menyebutkan bahwa pekerja yang menghabiskan lebih dari delapan jam sehari dalam posisi duduk memiliki kemungkinan lebih besar mengalami kenaikan berat badan dibandingkan mereka yang memiliki pekerjaan lebih dinamis.

Namun, apakah benar pekerja kantoran lebih berisiko terkena obesitas dibandingkan kelompok pekerja lainnya? Jika iya, apa faktor utama yang menyebabkannya? Dan yang paling penting, apakah ada solusi yang bisa diterapkan tanpa harus meninggalkan pekerjaan?

Gaya Hidup Statis dan Pengaruhnya terhadap Kesehatan

Pekerjaan kantoran menuntut seseorang untuk menghabiskan sebagian besar waktunya dalam posisi duduk. Aktivitas yang minim ini berdampak langsung pada metabolisme tubuh. Ketika tubuh kurang bergerak, kalori yang dikonsumsi tidak terbakar dengan optimal, menyebabkan penumpukan lemak yang berujung pada kenaikan berat badan.

Penelitian yang dilakukan oleh American Journal of Clinical Nutrition menunjukkan bahwa individu yang lebih sering duduk memiliki tingkat metabolisme basal lebih rendah dibandingkan mereka yang aktif bergerak sepanjang hari. Metabolisme basal adalah jumlah energi yang dibutuhkan tubuh untuk menjalankan fungsi-fungsi dasar seperti bernapas, mencerna makanan, dan menjaga suhu tubuh. Jika metabolisme ini melambat, tubuh lebih mudah menyimpan kelebihan kalori dalam bentuk lemak.

Lebih lanjut, duduk dalam waktu lama juga dikaitkan dengan resistensi insulin. Resistensi insulin adalah kondisi di mana sel-sel tubuh tidak merespons hormon insulin dengan baik, sehingga kadar gula darah meningkat. Jika dibiarkan terus-menerus, kondisi ini dapat berkembang menjadi diabetes tipe 2---penyakit yang erat kaitannya dengan obesitas.

Pola Makan Tidak Sehat

Selain minimnya aktivitas fisik, kebiasaan makan pekerja kantoran juga menjadi faktor utama dalam peningkatan risiko obesitas. Waktu kerja yang padat sering kali membuat seseorang memilih makanan yang cepat, praktis, tetapi sayangnya, tidak selalu sehat.

Restoran cepat saji di sekitar perkantoran menawarkan berbagai pilihan makanan tinggi kalori yang menggoda. Kandungan lemak jenuh, gula, dan natrium dalam makanan tersebut sering kali melebihi kebutuhan harian tubuh. Ketika makanan seperti ini dikonsumsi secara rutin, tanpa diimbangi dengan asupan nutrisi seimbang, maka risiko obesitas meningkat drastis.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun