Mohon tunggu...
Frans Leonardi
Frans Leonardi Mohon Tunggu... Akuntan - Freelace Writer

Sebagai seorang introvert, Saya menemukan kekuatan dan kreativitas dalam ketenangan. Menyukai waktu sendirian untuk merenung dan mengeksplorasi ide-ide baru, ia merasa nyaman di balik layar ketimbang di sorotan publik. seorang amatir penulis yang mau menyampaikan pesannya dengan cara yang tenang namun , menjembatani jarak antara pikiran dan perasaan. Salam dari saya Frans Leonardi

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Miris! Eksploitasi Hutan Makin Masif Terjadi

27 November 2024   16:33 Diperbarui: 27 November 2024   16:35 75
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Ekploitasi Hutan. Chatgpt.com

Hutan adalah paru-paru dunia. Kamu tentu pernah mendengar istilah ini, bukan? Sayangnya, realitas hari ini menggambarkan kondisi sebaliknya. Eksploitasi hutan di Indonesia kian masif, meninggalkan jejak kehancuran yang sulit dipulihkan. Alih fungsi lahan, pembalakan liar, hingga kebakaran hutan yang disengaja menjadi ancaman serius bagi kelestarian ekosistem kita. Kondisi ini bukan hanya persoalan lingkungan, tetapi juga krisis kemanusiaan. Mengapa demikian? Mari kita telusuri lebih dalam.

Kenapa Eksploitasi Hutan Kian Parah?

Eksploitasi hutan bukanlah isu baru. Namun, intensitasnya semakin meningkat, seiring dengan bertambahnya kebutuhan manusia. Dalam konteks Indonesia, hutan sering kali dianggap sebagai aset ekonomi, bukan ekosistem yang harus dijaga. Pembukaan lahan untuk perkebunan kelapa sawit, tambang, dan pemukiman menjadi penyumbang utama hilangnya jutaan hektare hutan setiap tahun.

Menurut data Global Forest Watch, Indonesia kehilangan hampir 1,7 juta hektare tutupan hutan pada tahun 2021 saja. Angka ini setara dengan lebih dari tiga kali luas Pulau Bali! Sebagian besar kerusakan ini terjadi di provinsi dengan tingkat eksploitasi tinggi seperti Kalimantan, Sumatera, dan Papua. Salah satu penyebabnya adalah lemahnya regulasi dan penegakan hukum. Banyak kasus pembalakan liar yang hanya berhenti di meja investigasi tanpa tindak lanjut.

Selain itu, kamu mungkin sering mendengar istilah "kebakaran hutan". Sayangnya, sebagian besar kebakaran ini bukan terjadi secara alami. Praktik slash and burn membakar hutan untuk membuka lahan masih menjadi cara cepat bagi perusahaan untuk memangkas biaya operasional. Akibatnya, tidak hanya ekosistem yang hancur, tetapi juga polusi udara lintas negara, seperti yang terjadi pada krisis asap besar tahun 2015.

Dampak Kehancuran Hutan

Bagi sebagian orang, hilangnya hutan mungkin hanya terlihat sebagai perubahan lanskap. Namun, kerusakan ini membawa dampak yang jauh lebih besar. Hutan tropis, seperti yang dimiliki Indonesia, menyimpan jutaan spesies flora dan fauna. Ketika habitat mereka dihancurkan, banyak spesies menghadapi risiko kepunahan. Harimau Sumatera, orangutan Kalimantan, dan badak Jawa adalah contoh nyata hewan yang kini berada di ambang kepunahan.

Tidak hanya itu, masyarakat adat yang hidup di sekitar hutan juga menjadi korban langsung. Bagi mereka, hutan bukan hanya tempat tinggal, tetapi juga sumber penghidupan. Ketika perusahaan besar mengambil alih lahan mereka, identitas budaya dan sumber mata pencaharian hilang begitu saja. Bahkan, beberapa konflik agraria antara masyarakat adat dan perusahaan sering kali berujung kekerasan.

Lebih luas lagi, eksploitasi hutan berkontribusi pada perubahan iklim global. Hutan adalah penyerap karbon alami. Ketika hutan dihancurkan, karbon yang tersimpan di dalam tanah dan tumbuhan dilepaskan ke atmosfer, memperburuk efek rumah kaca. Kamu mungkin pernah merasakan cuaca yang semakin tidak menentu belakangan ini, hal tersebut adalah salah satu dampak nyata dari perubahan iklim yang dipercepat oleh deforestasi.

Cerita dari Tanah Papua

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun