Mohon tunggu...
Frankincense
Frankincense Mohon Tunggu... Administrasi - flame of intuition

bukan pujangga yang pandai merangkai kata, hanya ingin menumpahkan inspirasi dengan literasi menguntai pena. Kata dapat memburu-buru kita untuk menyampaikan perasaan dan sensasi yang sebenarnya belum kita rasakan. Tetapi, kata juga bisa menggerakkan kita. Terkadang, kita tidak mengakui kebenaran sebelum mengucapkannya keras-keras. Salam hangat Kompasianers... Blog: franshare.blogspot.com Web: frame.simplesite.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Bokor (2)

6 April 2019   17:27 Diperbarui: 6 April 2019   17:31 9
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
BOKOR - Bounce Kite Orange

Boma mengisyaratkan gerakan kepalanya sebagai tanda tanya setelah mereka saling berpandangan akibat pernyataan itu. Namun Narenciye hanya menggeleng-gelengkan kepalanya tanda tidak tahu-menahu atas pernyataan pria pesolek itu. Sementara Mona hanya terdiam di antara momentum itu dengan tatapan sendu dan sisa air matanya yang masih menggenang di pelupuk mata. Ia baru saja dibentak untuk diam oleh si pendekap dan orang-orang di sekitarnya karena terus menangis dan meronta-ronta sejak awal hingga Boma muncul. Kemudian datanglah seorang pelapor ke area itu memberitahukan perkembangan situasi dan kondisi di tempat itu pada si pesolek dengan berbisik di salah satu daun telinganya. Wajah si pesolek itu berubah menjadi merah padam, dengan berang ia memelototi dan mendekati Boma. Kedua tangannya mengepalkan tinju sejajar dengan pinggang dalam perlangkahannya yang masih khas dengan gaya bersoleknya walau sudah dalam keadaan emosinya seperti itu.

"Hey mouse dammit... where you hide the winter sleep haaaahhhh...?!! (Hai tikus keparat... di mana kau sembunyikan sang 'winter sleep' itu haaahhhh....?!!)" bentak pria pesolek itu meradang sambil meninju wajah Boma yang sudah dikekang kedua tangannya oleh para anak buah pria pesolek itu.

"What you aim, I'm going to here by self... and I'm unknow who is the winter sleep have you it...!! (Apa maksudmu, aku ke sini seorang diri... dan aku tidak kenal siapa 'winter sleep' kamu itu...!!)" sembur Boma membalas tuduhan pria pesolek itu yang memukulnya begitu saja.

"You... (Kau...)" ujar pria pesolek itu sambil menahan tinjunya ke arah Boma dengan wajah menyeringai.

"Kore tokoro Anata wa tadashii zenbu o shirabeteita haaah...?! (Kamu benar-benar sudah memeriksa seluruh tempat ini haaah...?!)" kini giliran sang pelapor yang kena semburan amarah pria pesolek itu.

Ia memandang tajam si pelapor yang menggangguk-angguk sambil berkeringat dingin dan terbata-bata memastikan kembali laporannya. Tiba-tiba terdengar kembali teriakan histeris Mona dan Narenciye yang menggigil pucat melihat orang yang menyekap Mona meluncurkan darah segar dari kepalanya kemudian terletak tewas disusul rekan-rekan di sekitarnya yang jatuh bergelimangan darah dari bagian tubuh yang tertembak. Keadaan panik seketika mewarnai kedua belah pihak, Mona yang terlepas dari cengkraman berlari mendekati Narenciye yang terjerambab duduk bersimpuh di tanah dan saling berpelukan sambil menangis gemetaran. Gerombolan pria pesolek itu segera bersiaga mencari tempat perlindungan sambil mencari-cari asal tembakan tersebut di arahkan. Boma yang lepas dari jegalan anak buah pria pesolek pun segera berlari ke arah Turuncu bersaudara untuk mengamankan mereka menjauh dari gerombolan itu yang segera mengejar mereka.

Rupanya kacamata gelap yang digunakan para gerombolan itu bukan kacamata biasa dan kaya akan berbagai fitur teknologi digital semacam 'google glass'. Pria pesolek itu menyuruh beberapa anak buahnya yang berada di dekatnya untuk mengaktifkan mode teropong dan segera menemukan sosok peneror mereka. Tangannya mengepalkan tinjunya ke tanah karena mendapati Mona, Narenciye dan Boma telah hilang dari pandangannya. Tubuhnya melata seperti biawak dan perlahan-lahan merayap ke arah pohon Maple besar di depannya. Salah seorang anak buahnya berhasil mengidetifikasi salah satu dari tembakan pada mereka berasal dari atas bukit di seberang danau Sapanca yang berjarak sekitar 1 kilometer dari tempat mereka berada.

"Kisoo...Kore wa toshi ue yaro san ga aru wo asoko ni desu ka ? (sial... apa si tua bangsat itu yang berada di sana?)" tanya pria pesolek memastikan sosok yang sedang diidentifikasi anak buahnya.

"A..a...sumimasen Kuro-sama ,kare wa mochi iru seifuku okashii mitai na kunoichi e muzukashii mimoto wo akasanakatta to kare wa dekita e buki sunipe. Demo kare wa hito wakai...  (Ma...ma..maafkan tuan, dia mengenakan seragam aneh seperti ninja yang sulit teridentifikasi dan di sedang bersiaga dengan senapan jarak jauhnya. Tapi sepertinya ia sosok yang masih muda...)" tutur si pemberi laporan yang seketika membuat si pesolek itu terhenyak keheranan.

Pria pesolek itu menjadi semakin kebingungan, ditambah lagi klien-nya tidak kunjung tiba. Ia pun segera memerintahkan rombongannya untuk mundur dan pergi dari tempat itu. Firasat buruknya pun terbukti, untuk meloloskan diri mereka sempat berkejar-kejaran dengan pihak aparat yang mulai berdatangan hendak mengepung tempat itu. Mereka pun akhirnya terpencar-pencar diiringi keriuhan dan kebisingan yang saling bersinggungan.

Sementara Boma berhasil mengamankan Mona dan Narenciye di gudang senjata bawah tanah kakek Kemal. Sambil menjadi tameng Mona dan Narenciye yang berlindung di balik punggungnya, tangan dan pandangan matanya terus fokus menodong ke arah tingkap ruang bawah tanah itu. Mereka berada di situ dalam waktu yang cukup lama hingga suasana tegang itu lama kelamaan membuat mereka kelelahan dan mengantuk. Mona tertidur dahulu dalam pangkuan dan dekapan Narenciye. Sementara Boma turut duduk sejajar di samping Narenciye yang akhirnya juga tertidur dengan bersandar dan tergolek kepalanya di atas bahu Boma. Walau berusaha untuk terus begadang menyatroni keamanan mereka, Boma pun tidak kuasa juga untuk melawan kantuk selama beberapa lama hingga akhirnya tertidur pulas dalam kesunyian.

BERSAMBUNG...

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun