Mohon tunggu...
Frankincense
Frankincense Mohon Tunggu... Administrasi - flame of intuition

bukan pujangga yang pandai merangkai kata, hanya ingin menumpahkan inspirasi dengan literasi menguntai pena. Kata dapat memburu-buru kita untuk menyampaikan perasaan dan sensasi yang sebenarnya belum kita rasakan. Tetapi, kata juga bisa menggerakkan kita. Terkadang, kita tidak mengakui kebenaran sebelum mengucapkannya keras-keras. Salam hangat Kompasianers... Blog: franshare.blogspot.com Web: frame.simplesite.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Bokor (1)

6 April 2019   14:23 Diperbarui: 6 April 2019   15:55 13
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Boma benar-benar kalang-kabut bertaruh seorang diri dengan kemampuan berenangnya yang tidak terlalu bagus untuk segera menepi. Nafasnya kian sesak ketika sudah mendekati area dermaga kayu yang terpancang di depannya. Hampir saja ia mati tenggelam kalau terlambat sedikit saja meraih tiang pasak kerangka dermaga yang menghujamkan pondasinya ke dalam air. Sejenak ia menghela sesak nafasnya dan kembali menormalisasi gemuruh maut yang hampir mencekik batas kekuatannya menguasai arus kuasa paru-parunya berpacu dalam tragedi. Segera ia menelentangkan sang gadis di atas dermaga untuk memberinya pertolongan pertama.  Menekan perutnya dengan kedua tangannya sambil berharap tidak terlalu banyak air yang ditelannya. Tekanan pertama hingga kedua belum juga memberikan reaksi apapun.

"What she death, Ah...so finaly you killing she, right...?! (Apakah dia mati,Ah ..., jadi akhirnya kau membunuhnya ya...?!)" celetuk Aosagi asal dan cablak yang membuat Boma sempat gregetan bagaikan sudah jatuh tertimpa tangga pula. Belum selesai ia bercerita sudah dipotong dengan tudingan yang bikin melompong hati.

"Eh...eh... you at random accuse me like that, formely hear my story till done...! (Eh...eh... sembarangan saja kau menuduhku begitu, dengar dulu ceritaku sampai selesai...!" balas Boma yang menjadi gusar. Aosagi malah tertawa kecil dan memberi tanda untuk Boma kembali melanjutkan ceritanya.

***

 "Plaakkk...." sebuah tamparan kuat mendarat di salah satu pipi Boma bersamaan dengan jeritan melengking yang memekak telinga.

BERSAMBUNG...

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun