Mohon tunggu...
Frankincense
Frankincense Mohon Tunggu... Administrasi - flame of intuition

bukan pujangga yang pandai merangkai kata, hanya ingin menumpahkan inspirasi dengan literasi menguntai pena. Kata dapat memburu-buru kita untuk menyampaikan perasaan dan sensasi yang sebenarnya belum kita rasakan. Tetapi, kata juga bisa menggerakkan kita. Terkadang, kita tidak mengakui kebenaran sebelum mengucapkannya keras-keras. Salam hangat Kompasianers... Blog: franshare.blogspot.com Web: frame.simplesite.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Bokor (1)

6 April 2019   14:23 Diperbarui: 6 April 2019   15:55 13
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Ah... What is your genuine, why asking me like that a felon man...?(Ah...siapa kau ini sebenarnya, kenapa menanyaiku seperti seorang penjahat...?)" Boma mencoba menerka kecurigaan dan dari prasangkanya yang muncul seketika sambil menatap heran Muze dan melirik keadaan dan suasana di sekitarnya untuk meningkatkan kewaspadaan.

"Hey...Hey... I'am just a consumer which is nosy how about this your delicious menu. Furthermore, I'am still have to recover self during some time fowards because this stone bruise at the moment that collide with you a while ago isn't it...?(Hei...hei... aku ini hanya seorang konsumen yang ingin tahu bagaimana tentang asal menu lezatmu ini. Lagipula, aku ini masih harus memulihkan diri selama beberapa waktu ke depan akibat luka memar ini saat bertabrakan denganmu tadi kan...?)" Muze tersenyum tenang sambil memandangi Boma yang semakin tercekat kerongkongannya untuk membalas ujarannya.

"Come on...while to fill my times in here...( Ayolah...sambil mengisi waktuku di sini...)" ujar Muze kembali tersenyum sambil meminta Boma duduk di hadapannya.

Boma yang masih merasa bersalah pun tidak bisa menjawab apa-apa lagi selain menuruti keinginan wanita tersebut yang memang terkesan logis dan praktis dari situasi dan kondisi.  

***

Saat itu Boma masih bekerja sebagai tenaga kerja asing di sebuah perusahaan kuliner bonafit di jantung kota Istanbul.Setelah tanpa terasa beberapa tahun berada di sana, dengan kinerjanya yang sangat baik selama itu ia dipromosikan jabatan menjadi asisten kepala di salah satu cabang perusahaan yang berada di distrik Sakarya. Ia mengambi kesempatan cuti tahunannya dengan mengadakan inspeksi ke Sakarya itu untuk menjelajahi tempat-tempat di luar kota Istanbul yang bersejarah. Ia pun mengunjungi kastil kuno di masa kekaisaran Romawi dan kesultanan Utsmani di daerah Sapanca, distrik Sakarya. Ia diberitahu warga setempat kalau kurang lengkap rasanya hanya mengunjungi kastilnya saja tanpa mendatangi Danau Sapanca. Ia pun penasaran dan melanjutkan kunjungan ke tempat yang direferensikan tersebut. Cukup jauh juga melakukan perjalanan seorang diri dan berjalan kaki menuju danau.

Setelah sampai di lokasi, Boma benar-benar takjub akan pemandangan dan nuansa alamnya yang masih asri. Ia merentangkan tangannya menyesap nikmat hembusan angin yang seketika mendesirkan rasa sejuk dari tubuhnya yang masih berkeringat setelah menempuh perjalanan. Tidak lupa ia mengabadikan pemandangan indah tempat itu dalam kamera yang dibawanya. Memandang luas ke segala arah dari dermaga pandang yang ia pijaki dan mulai melangkah untuk mengelilingi danau seutuhnya. Di tengah perjalanan ia mendapati kawanan bangau yang melintas rendah di atasnya. Kameranya pun kembali diusungnya untuk bermomentum ria hingga mulai lengah dengan keadaan di sekelilingnya sambil asyik menyoroti objeknya.

"Bruuaakkk....ceebbyuurrr....!" Tiba-tiba saja Boma sudah bertubrukan dengan seseorang di tikungan tebing dan langsung oleng jatuh bersamaan dengan korban tubruk-gabruk-nya itu ke dalam danau yang masih terasa sangat dingin di awal musim semi. Barang-barang bawaan mereka tumpah-ruah tenggelam berserakan. Kejadian yang tak disangka itu membuat mereka semua gelagapan di dalam air.

Boma pun segera meraba-raba jalur permukaan dari gelembung udaranya dalam perih dari tubrukan dengan korban ditambah lagi jatuh dari ketinggian menimpa permukaan air serta peningnya kepala  bergumul dalam air menggelayuti gejolak rasa dan bahasa tubuhnya. Begitu muncul di permukaan, Boma mencoba menghirup nafas sebanyak-banyaknya dan berusaha menormalisasi pernafasannya kembali. Akan tetapi ia belum melihat sosok lawan tabraknya di antara barang-barang yang mengapung dan berserakan. Alamak... ternyata orang yang dia tabrak itu tidak bisa berenang!

Boma pun kembali menyelam di dalam air mengikuti arah gelembung udara selain darinya itu bergemuruh di permukaan air. Ia lalu mendapati sosok gadis yang gelagapan dan berjuang setengah mati menuju permukaan, namun yang ada ia malah semakin tenggelam dan lemas. Boma pun melesat meraih bagian tubuh terdekat sang gadis dari jangkauannya dan menariknya sekuat tenaga ke atas permukaan air.

Ia berhasil meraih pergelangan tangan sang gadis yang semakin lunglai dan melingkarkannya lengan sang gadis di leher dan sebelah pundaknya, sementara bagian pundak lainnya memacu dorongan kakinya dan tubuhnya ke atas permukaan air. Namun terlambat, walau sudah ia bawa secepat kilat ia tetap saja pingsan walau sudah mencapai permukaan air. Boma pun harus kembali berjuang mengerahkan tenaganya berenang ke tepian sambil mengapit tubuh lunglai sang gadis. Apalagi jarak dermaga dari tempat mereka terjatuh letaknya cukup jauh untuk mempermudah Boma menaiki daratan yang landai dari bibir danau. Sementara di sekeliling mereka dalam suasana sepi tanpa perantara lain yang bisa ia gapai untuk mempercepat pertolongannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun