Mohon tunggu...
Frankincense
Frankincense Mohon Tunggu... Administrasi - flame of intuition

bukan pujangga yang pandai merangkai kata, hanya ingin menumpahkan inspirasi dengan literasi menguntai pena. Kata dapat memburu-buru kita untuk menyampaikan perasaan dan sensasi yang sebenarnya belum kita rasakan. Tetapi, kata juga bisa menggerakkan kita. Terkadang, kita tidak mengakui kebenaran sebelum mengucapkannya keras-keras. Salam hangat Kompasianers... Blog: franshare.blogspot.com Web: frame.simplesite.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Bokor (1)

6 April 2019   14:23 Diperbarui: 6 April 2019   15:55 13
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Ah... thanks, I'm not hungry and thirsty...(Ah... terima kasih, aku tidak lapar dan haus...)" sahut wanita dengan wajah ketus bagaikan awan mendung yang bergelayut sendu itu hendak jual-mahal untuk menolak, namun sistem pencernaannya berkata lain. Dalam perut wanita itu bergemuruh setelah berucap dan terdengar oleh Boma yang jadi terfokus ke arah perut ramping wanita itu kemudian memandang wajahnya sambil tersenyum dan mengerakkan jari telunjuknya ke sana ke mari sambil memperingatkan.

"See, as for taste problem... the tongue can't lie...hehehe... hold your peace, I'm free serve as my regrets and be that of introduction endemic flavour that just are in here.( Nah, kalau soal rasa... lidah tidak bisa bohong.. hehehe..tenang saja, saya sajikan gratis sebagai rasa penyesalan saya dan sebagai perkenalan citarasa endemik yang hanya ada di sini.)" Boma memintanya tetap duduk tenang sambil mengeringkan lukanya dan kemudian naik menuju gerobak motor yang ada di belakangnya menuju penggorengan yang saling berhadapan dengan letak tempat duduk Aosagi.

Tangannya dengan cekatan mulai mengolah prosesi es jeruk sambil memanaskan minyak di penggorengan. Ia kembali ke tempat wanita  itu dengan gaya elegan nan konyol yang hampir membuat wanita itu tertawa geli kalau ia tidak menahan senyumnya dengan elegan yang tak kalah anggun punggung lengannya menutupi bibir eksotisnya. Setelahnya Boma bergegas kembali ke penggorengan dan berlalu seperti penari balet. Dan kini wanita itu yang tadinya cemberut berubah riang meledakkan tawanya.

"hihihi.... hey strange people, what you dancer former that turn of in here...?(Hihihi...hei orang aneh, apakah kamu mantan penari yang berubah halauan di sini...?" tanya Aosagi tertawa kecil sampai hampir tersedak oleh es jeruk yang baru saja disedotnya. Boma tersenyum puas telah mencoba mengalihkan roman kusut wanita itu yang tergumpal mega mendungnya. Kini ia mulai asyik mengolah adonan tepung dan campuran racikan lainnya sambil menanggapi pertanyaan wanita itu dengan salah satu tangannya kembali bergaya.

"Eit..eit.. I'm not the strange people. I'm have a name, my name is Bomantara Koripan... I'm chef former and original barista. Then, may be I know... what fairy name that hurt this in front of me.. ?.(Eit...eit...aku bukan orang aneh. Aku punya nama, namaku Boma Koripan... aku mantan koki dan barista tulen. Lalu kalau boleh tahu siapa nama bidadari yang sedang terluka di hadapanku ini...?)" kedua lengannya bak entertaiment chef yang sedang show memperagakan demo masaknya di televisi. Wanita itu mengkerutkan dahi bersamaan dengan gerakan kedua alisnya ke atas. Entah kenapa ia merasa jengah untuk memperkenalkan dirinya.

"I'am..., eh by the way what this drink... aren't  you offer me Orange ice...?"(Aku..., eh ngomong-ngomong minuman apa ini... bukankah kau menawariku es jeruk...?" tanya wanita itu berusaha mengalihkan topik pembicaraan. Ia menunjukkan gelas jumbo yang berisi es jeruk itu sambil salah satu tangan lainnya sibuk memutar-mutar sedotan di dalam gelas dengan jari-jemari lentiknya. Ia merasakan esensi yang berbeda sama sekali dari semua rasa es jeruk yang pernah di minumnya.

"Yes, just that be of the sweetener is corn sugar and soybean, not from sugar cane wich risk of diabetes. The Orange is extract from all combination sort wich we plant; citrus, lemon, pomelo, and small fragrant... cosier it? (Ya, hanya karena yang menjadi pemanisnya adalah gula jagung dan kedelai, bukan dari gula tebu yang berisiko diabetes. Jeruknya pun adalah intisari dari perpaduan semua jenis yang kami tanam; limau, limun, bali, dan purut...lebih enak bukan?)" tutur Boma dengan tidak mengurangi fokus gerangan tangan mengapungkan adonannya ke minyak mendidih di atas penggorengan. Aosagi kemudian memanggut-manggut dan mengalihkan sejenak perhatiannya memandangi isi dari gelas bening ukuran jumbo itu.

"Then, what are you while make it...? (Lalu, apa yang sedang kau buat itu...?" tanya wanita itu yang kini beralih pada kesibukan Boma di penggorengan yang mulai berpeluh-riuh oleh hawa panas pendidihan minyak goreng.

"Ah, this whether is Indonesian natto, specifically from Banyumas in Central Java province.(Ah, kalau ini natto-nya Indonesia, khususnya dari daerah Banyumas di propinsi Jawa Tengah)." Sahut Boma sambil menyerok adonan di penggorengan itu dan meniriskan pada rak jaring strimin di atas penggorengan.

"Eh, natto...?" wanita itu berusaha meyakinkan kembali apa yang baru saja ia dengar. Boma menatap jenaka wanita itu dan mengangguk-angguk sambil tersenyum. Kini tangannya kembali asyik mengolah dan menata hidangan lalu kembali lagi ke tempat duduk wanita itu sesudahnya.

Kini di hadapan wanita itu tersaji tumpukan bersilang tempe mendhoan yang  membujur dan melintang dengan disirami oleh sambal pecel dan taburan bawang merah goreng serta rerempahan lainnya dikuti oleh irisan daun kemangi. Sementara di pinggiran piring ceper ukuran sedang sebagai wadahnya itu melingkar racikan salad Turki dan irisan lontong, mentimun, tomat, dan wortel berbentuk seperti rekahan mekar bunga sakura yang mengepung gunungan mendhoan di tengah-tengahnya. Wanita itu kembali terkejut dan memandangi hidangan serta Boma bergantian dengan takjub, lagi-lagi ia terperangah dengan sajian Boma. Tidak pakai lama, Aosagi segera menyantapnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun